Blog Archives

[FF] Seoul Camp Lake (Last Chapter)

Author : Ashiya
Cast : Choi Sooyoung (Girls’ Generation), Choi Minho (SHINee), Im Yoona (Girls’ Generation), Kim Taeyeon (Girls’ Generation), Jessica Jung (Girls’ Generation), Tiffany Hwang (Girls’ Generation), Leeteuk (Super Junior), Kwon Yuri (Girls’ Generation), etc. You’ll find ‘em later
Genre : Horror
Rating : T
Disclaimer : This story based on horror fiction series Goosebumps created by R.L Stine
©Copyright : ashiya19.wordpress.com

-previous chapter-

Beberapa saat kemudian Sooyoung berbaring di tempat tidurnya sambil tersenyum. “aku telah mendapat tiga orang teman.” Batin Sooyoung. “mereka benar-benar membuatku gembira.”

Namun tidak lama kemudia senyum itu langsung meredup ketika ia mendengar bisikan dalam gelap. “Sooyoung.. Choi Sooyoung..” Sooyoung menahan napas. Tiba-tiba saja suara itu sudah begitu dekat..begitu dekat dengan telinganya. “Soo, kukira kita berpasangan. Kenapa kau meninggalkanku?”

“andwae…andwae..!” ucap Sooyoung memohon.

“Soo, aku sudah menunggumu begitu lama.” Suara itu berbisik. “ikutlah denganku. Ikutlah denganku, Soo..” dan tiba-tiba pundaknya digenggam tangan yang sedingin es.

“oh!!” Sooyoung langsung duduk tegak dan kemudian menatap mata Tiffany yang gelap.

Ia menurunkan tangannya dari pundak Sooyoung, “Soo, ada apa? Kau merintih-rintih tadi.”

“eh?? Apa??” suara Sooyoung gemetar, jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya bermandikan keringat.

“kau merintih-rintih.” Ulang Tiffany. “jadi kupikir lebih baik kau di bangunkan saja.”

“ehm…gomawo.” Ujar Sooyoung. “mungkin gara-gara mimpi buruk.”

Tiffany mengangguk dan kembali ke tempat tidurnya. Sooyoung tidak bergerak, ia terus duduk sambil menatap kegelapan di sekelilingnya. “mimpi buruk?” tanya Sooyoung dalam hati. “rasanya bukan..”

-Chapter 6/Ending-

“kau tidak perlu ikut acara renang jarak jauh hari ini,” Yuri memberitahu Sooyoung waktu sarapan keesokan paginya.

“ehm.. seberapa jauh kita harus berenang?

“kita berenang sampai ke tengah danau,” jawab Yuri. “sampai ke tengah, lalu kembali lagi. Aku akan naik perahu ke tengah. Jaraknya tidak terlalu jauh. Tapi kalau kau ragu-ragu..”

Sooyoung menaruh sendoknya dan melihat Tiffany dan Taeyeon yang memperhatikannya dari ujung meja. Disampingnya ada Jessica.

“ayolah ikut saja,” desak Tiffany.

“biar aku yang jadi pasanganmu,” kata Jessica. “aku akan berenang bersamamu, Soo.”

Sooyoung teringat kejadian mengerikan di perahu dayung. Ia kembali teringat bagaimana Jessica terjun ke air, membalikkan perahu, dan meninggalkannya seorang diri ditengah danau.

Tapi sekarang keadaannya sudah berbeda, pikir Sooyoung. Mereka sekarang sudah berteman. Ia harus melupakan kejadian di perahu dayung. Ia harus melupakan bahwa perkenalan mereka pada awalnya kurang mulus.

“oke,” jawab Sooyoung akhirnya. “gomawo, Sica. Aku akan berpasangan denganmu.” Sooyoung kembali berpaling pada Yuri. “aku siap ikut berenang.”

**

Matahari pagi masih rendah di langit, dan berulang kali tertutup awan kelabu. Setiap kali matahari menghilang, udara langsung sedingin air danau. Air danau itu sangat dingin pada pagi hari. Para peserta tampak enggan memasuki air. Semuanya menggigil dan mengeluh. Sooyoung pun berhenti di air sedalam mata kaki dan menunggu sampai ia terbiasa dengan dinginnya air.

Sooyoung menoleh ketika mendengar suara perahu motor. Yuri sedang menuju ke tempatnya di tengah danau. Begitu sampai, ia langsung mematikan mesin kemudian ia meraih megafon.

“ayo pemanasan dulu semuanya!” Yuri memberi instruksi namun para peserta itu malah tertawa.

“pemanasan? Bagaimana caranya? Udaranya begitu dingin!”

Sooyoung maju beberapa langkah lagi sambil merapikan baju renangnya yang berwarna biru. “mestinya kita pakai baju penyelam.” Ucapnya pada Jessica.

Jessica mengangguk lalu maju ke air sedalam pinggang. “ayo, Soo. Kita tidak boleh berpencar.” Jessica memberi isyarat agar Sooyoung mengikutinya.

Sooyoung menarik napas dalam-dalam dan kemudian terjun ke dalam air. Hawa dingin menyerang dari segala arah. Tapi ia tetap meluncur di bawah permukaan dan berenang beberapa meter. Kemudian ia menyembulkan kepalanya dan berpaling pada Jessica.

“tukang pamer,” gumam Jessica sebelum akhirnya ia mencelupkan(?) kedua tangannya ke dalam air.

Sooyoung tertawa, “segar kok! Ayo, terjun saja. kau bakal lebih cepat terbiasa.”

Jessica mengikuti saran Sooyoung. Sebagian peserta sudah berada di dalam air. Ada yang berenang berputar, ada yang  mengapung, ada juga yang mengerakkan kaki seperti mengayuh sepeda.

“silakan ambil posisi semuanya!” Yuri memberi aba-aba dari perahunya. Suaranya terdengar keras dan memantul pada pepohonan. “baris dua-dua! Ayo, cepat!”

Mereka butuh waktu agak lama sebelum semuanya siap. Jessica dan Sooyoung berada di baris kedua. Di belakang mereka tampak Taeyeon berbaris dengan Tiffany.

“Taeyeon, aku ke belakang sebentar ya.” Ucap Tiffany.

“mau kemana?”

“toilet.” Jawab Tiffany sambil pergi menuju toilet meninggalkan Taeyeon.

“lalu aku berpasangan dengan siapa?” gumam Taeyeon.

“denganku saja.” ucap seseorang yang tiba-tiba sudah berada disampingnya.

“Kyu?”

Kyuhyun tersenyum, “tenang saja aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tidak akan berenang cepat-cepat.”

“n..ne..” sahut Taeyeon dengan gugup.

Pasangan pertama berangkat, 2 anak perempuan. Yang satu berenang dengan mantap, yang satu lagi membuat air bercipratan ke segala arah. Yang lainnya bersorak-sorai untuk memberi semangat kepada mereka.

2 menit kemudian, Sooyoung dan Jessica hendak menyusul namun Kyuhyun menahan keduanya. “boleh aku dan Taeyeon duluan?” tanya Kyuhyun membuat Sooyoung dan Jessica mengerutkan keningnya.

“nanti saja, Kyu..”

“tidak apa-apa, kan?” tanya Kyuhyun lagi tidak memperdulikan ucapan Taeyeon.

“baiklah.” Jawab Jessica akhirnya. “silahkan.” Jessica memberi jalan untuk Kyuhyun dan Taeyeon untuk maju bersiap-siap.

“kajja!” Kyuhyun menarik lengan Taeyeon. Dan kemudian mereka berenang bersama dengan mantap. Kyuhyun tidak terlalu cepat berenangnya karena ia tidak mau Taeyeon ketinggalan.

Saat di tengah-tengah danau tiba-tiba Kyuhyun berhenti dan berbalik pada Taeyeon.

“kenapa berhenti?” bingung Taeyeon ikut berhenti berenang.

“apa kau sudah memikirkan ucapanku semalam?”

“Kyu, kumohon jangan begini. Aku hanya menganggapmu teman..”

“apa setelah aku lakukan ini kau masih menganggapku teman?” ucap Kyuhyun cepat dan meraih Taeyeon ke dalam air. Di bawah permukaan air, Kyuhyun memanggut bibir Taeyeon. Taeyeon berontak namun ia tidak bisa melepaskan pegangan Kyuhyun. Kyuhyun memeluknya sambil terus menciuminya d bawah air itu selama beberapa detik hingga akhirnya Kyuhyun melepaskan ciuman itu dan kembali ke permukaan karena kehabisan napas. “mianhae..” lirih Kyuhyun melihat Taeyeon yang tampak menangis.

Taeyeon tidak memperdulikannya dan segera berenang mendekati perahu Yuri, tidak berniat berbalik kembali ke tepi danau meneruskan renangnya. Kyuhyun hanya memandanginya dan kemudian ikut menyusulnya.

Yuri menarik Taeyeon ke atas perahu dan kemudian disusul Kyuhyun. Taeyeon duduk terdiam menunduk di salah satu sisi perahu itu dan Kyuhyun duduk di seberangnya sambil terus memperhatikannya.

“Taeyeon, kenapa kau berhenti? Kau juga, Kyu?” tanya Yuri.

“aku.. lenganku pegal tidak kuat berenang lebih lama lagi.” Jawab Taeyeon.

“oh.. baiklah. Lalu kau?” Yuri berbalik pada Kyuhyun.

“bukannya kita harus berpasangan dalam sistem keselamatan di air? Jika aku meneruskan berenang berarti aku berenang sendirian tidak ada pasangannya.”

“ah, benar juga.” Sahut Yuri. “ya sudah kalian tunggu saja disini sampai semua selesai.”

Di tepi danau Sooyoung dan Jessica bersiap-siap meluncur ke air. Sooyoung berusaha tidak menciptakan cipratan ke segala arah. Ia berusaha untuk tidak kikuk di perhatikan semua peserta perkemahan itu. Tidak lama kemudian Jessica mendahuluinya. Sambil berenang berulang kali ia menoleh ke belakang untuk memastikan ia tidak meninggalkan Sooyoung terlalu jauh. Titik untuk berbalik arah terletak di dekat perahu motor Yuri. Sooyoung terus menatap titik itu sambil terus mengikuti Jessica yang berada di depannya.

Jessica berenang semakin cepat, Sooyoung mulai merasakan lengannya pegal padahal jaraknya masih jauh dari perahu. Perahu Yuri berayun-ayun di depan Sooyoung. Yuri sedang menyerukan sesuatu melalui megafon tapi Sooyoung tidak bisa mendengarnya karena suara percikan air di sekelilingnya.

Jessica semakin jauh, “hei, jangan cepat-cepat!” seru Sooyoung namun ia kemudian sadar Jessica pasti tidak akan mendengar suaranya.

Sooyoung mengabaikan rasa pegal di lengannya dan berusaha mengejar Jessica. Ia mengayunkan kakinya lebih keras sehingga air pun bercipratan ke segala arah.

Matahari kembali menghilang di balik awan tebal. Langit menjadi gelap dan air danau langsung bertambah dingin. Sooyoung sudah hampir sampai di perahu yang dinaiki Yuri. Pandangannya tertuju pada Jessica. Sooyoung memperhatikan ayunan kakinya yang berirama. Rambutnya yang pirang mengapung di permukaan air, bagaikan sejenis makhluk penghuni laut. Kalau Jessica berbalik, aku juga ikut berbalik, pikir Sooyoung.

Sooyoung berenang sedikit lebih cepat. Perahu Yuri sudah lewat. Mereka sudah boleh berbalik. Tapi diluar dugaan Sooyoung, Jessica terus berenang mengayunkan kaki dan tangannya. Kepalanya terbenam. Lengannya bergerak dengan ringan dan anggun, dan Sooyoung tertinggal semakin jauh.

“Jess..?” panggil Sooyoung. Lengannya sudah berat sekali. Dadanya serasa terbakar. “hei, Jess! Kita sudah boleh balik!” namun Jessica terus berenang. Sooyoung mengerahkan segenap tenaga untuk menyusulnya, “Sica, tunggu!” seru Sooyoung. “kita harus balik!”

Jessica berhenti.

“apa ia mendengarku?” pikir Sooyoung sambil menghampirinya dengan napas terengah-engah.

Ia berbalik pada Sooyoung.

“Sica??” Sooyoung memekik tertahan.

Bukan. Bukan Jessica. Ternyata bukan Jessica. Tapi…Yoona! Matanya yang gelap tampak berseri-seri ketika mengembangkan senyumnya.

“ayo berenang terus, Soo,” bisik Yoona. “kita harus berenang lebih jauh dan lebih jauh lagi. Kau sudah jadi pasanganku sekarang.” Yoona langsung meraih lengan Sooyoung. Sooyoung berusaha membebaskan diri dan hampir berhasil melepaskan lengannya yang basah dari genggaman Yoona tapi kemudian ia mencengkram pergelangan tangan Sooyoung dan menariknya keras-keras.

“akh!” pekik Sooyoung. Yoona cukup kuat. Sangat kuat untuk seorang perempuan yang tampak begitu rapuh. Bukan, bukan seorang perempuan tapi hantu yang tampak begitu rapuh. “lepaskan aku!” Sooyoung meronta-ronta, menendang-nendang dan berputar-putar. “Yoon, aku tidak mau ikut denganmu!” Sooyoung berbalik dan berhasil melepaskan diri. Kepalanya terbenam dalam air. Terbatuk-batuk dan mengangkat kedua tangannya lalu naik ke permukaan air.

“dimana Yoona?” batin Sooyoung mengedarkan pandangannya mencari hantu itu. “apakah ia persis di belakangku? Apakah ia sudah siap menyeretku ke tengah danau, supaya aku tidak bisa berenang ke tepi?” dengan kalang kabut ia memandang ke segala arah.

Awan-awan di atas seakan-akan melintas dengan kecepatan tinggi.

“Sooyoung.. Sooyoung..” Sooyoung mendengar suaranya namun ia tidak bisa melihatnya. Sooyoung kembali berbalik, pandangannya tertuju pada perahu motor. Tanpa menghiraukan jantungnya yang berdetak kencang, tanpa menghiraukan lengannya yang pegal, ia mulai melesat maju. “aku harus mencapai perahu sebelum Yoona kembali menyeretku.” Batin Sooyoung.

Sooyoung mengerahkan segenap tenaganya yang masih tersisa untuk berenang ke perahu motor. Tangannya menjangkau….dan berhasil meraih pinggiran perahu. Dengan terbatuk-batuk, ia berusaha naik. “Yul, tolong!” Sooyoung memohon dengan suara parau. “bantu aku naik!” matahari muncul dari balik awan. Sooyoung menatap cahaya keemasan yang menyilaukan. “Yul, tolong..” Sooyoung melihat sepasang tangan terulur kearahnya. Ia membungkuk untuk menarik Sooyoung naik ke perahu. Ia mencondongkan badan ke depan dan menariknya ke atas. Sooyoung mengedip-ngedipkan matanya ketika menatap wajah orang yang menolongnya.

“andwae!!” Pekik Sooyoung tiba-tiba. Yang dilihatnya bukan wajah Yuri! Tapi wajah Yoona! Yoona menariknya naik ke perahu.

“ada apa, Soo?” ia berbisik sambil menarik Sooyoung. “jangan khawatir, kau tidak apa-apa.”

“lepaskan aku!!” jerit Sooyoung berusaha membebaskan diri dari pegangan Yoona. Matanya berkedip-kedip karena silau. Dan kemudian ia melihat wajah Yuri dihadapannya. Bukan wajah Yoona, tapi wajah Yuri. Wajah yang tampak cemas.

“Soo, kau tidak apa-apa?”

Sooyoung menatapnya dengan membelalakan matanya menyangka wajahnya akan berubah lagi menjelma menjadi Yoona.

“apa aku salah lihat?” pikir Sooyoung. “mungkinkah aku salah lihat karena silau akibat sinar matahari?” ia menghela napas membiarkan dirinya di tarik naik oleh Yuri dan juga di bantu Kyuhyun.

Sooyoung berlutut di perahu yang terayun-ayun. Taeyeon yang duduk di sebelahnya menatapnya sambil memicingkan matanya, “apa yang terjadi?” belum Sooyoung menjawab pertanyaan Taeyeon, ia mendengar bunyi gemericik di samping perahu.

“Yoona!” pikir Sooyoung. Ia langsung diam seperti patung.

Ternyata bukan. Jessica memanjat ke perahu. “Soo, kenapa kau tidak mendengarku memanggil-manggil tadi?” tanya Jessica.

“Jes, aku tidak melihat. Kupikir kau..” suaranya tercekat di tenggorokan.

“kenapa kau meninggalkanku?” tanya Jessica lagi. “kita kan harus berpasangan!”

**

Yuri mengantar Sooyoung ke tepi danau. Ia berganti baju lalu menemui Leeteuk. Ia berada di ruang kerjanya, sebuah ruangan kecil di gedung utama. Ia sedang duduk sambil menaikan kaki ke meja dan memandang selembar foto di tangannya.

“oh, Soo! Ada apa?” ia tersenyum ramah dan memberi syarat agar Sooyoung duduk di kursi lipat di depan mejanya. Ia mengamati Sooyoung dengan seksama. “aku dengar ada masalah lagi didanau.” Ucap Leeteuk dengan lembut. Foto yang semula ia pegang cepat-cepat ia masukan ke laci mejanya. “ada apa sebenarnya?”

Sooyoung menarik napas dalam-dalam memikirkan apa ia harus berterus terang kalau ia diikuti arwah seorang gadis? Arwah penasaran yang menginginkannya menjadi pasangannya.

“kau mengalami kejadian yang sangat mengejutkan kemarin.” Ujar Leeteuk. “kami sempat menyangka kau tenggelam.” Ia mencondongkan badannya ke arah Sooyoung. “barangkali kau terlalu cepat kembali ke danau. Barangkali kau seharusnya menunggu dulu.”

“mungkin juga.” Gumam Sooyoung dan kemudian ia melontarkan apa yang selama ini mengganggu pikirannya. “Teuk, tolong ceritakan tentang yeoja yang tenggelam di sini.”

Leeteuk langsung melongo, “hah?”

“aku tahu ada yang pernah tenggelam di danau perkemahan ini!” ucap Sooyoung bersikeras. “aku ingin tahu apa yang terjadi.”

Leeteuk menggelengkan kepalanya, “belum pernah ada yang tenggelam di danau perkemahan ini.” Jawab Leeteuk. “belum pernah.”

Sooyoung merasa ia bohong. Ia punya bukti, ia telah melihat Yoona. Dan bahkan sempat berbicara dengannya. “Leeteuk-ssi, aku perlu tahu. Tolong ceritakan tentang dia.”

Leeteuk mengerutkan kening. “kenapa kau tidak percaya, Soo? Aku tidak bohong. Belum pernah ada yang tenggelam di danau. Baik yeoja maupun namja.”

Tiba-tiba Sooyoung mendengar suara mendesah. Ia melirik ke arah pintu yang terbuka, dan……melihat Yoona berdiri disitu. Sooyoung kaget setengah mati. Serta merta ia berdiri dan menunjuk. “Teuk! Itu yeoja yang kumaksud! Dia berdiri disitu! Masa kau tidak mellihatnya???”

Leeteuk menoleh ke arah pintu. “ne.” ucapnya pelan. “aku melihatnya.”

“eh?” Sooyoung memekik tertahan. “kau melihatnya??”

Leeteuk mengangguk, raut wajahnya serius. “kalau itu bisa membuatmu lebih tenang, maka akan kubilang bahwa aku melihatnya.”

“kau tidak benar-benar melihatnya??”

“tidak. Aku tidak melihat apa-apa.”

Sooyoung berpaling ke ambang pintu. Yoona menatapnya sambil tersenyum lebar.

“duduklah.” Ucap Leeteuk. “kadang-kadang kita bisa dikelabui oleh daya khayal kita sendiri. Terutama kalau kita baru saja mengalami sesuatu yang sangat menakutkan.”

Sooyoung tetap berdiri di depan meja Leeteuk dan menatap Yoona. Pandangannya menerobos tubuh Yoona yang tembus pandang. “aku tidak mengada-ada! Dia ada disitu!” seru Sooyoung. “dia berdiri di pintu! Namanya Yoona. Dia tenggelam di danau perkemahan ini. Dan sekarang dia berusaha membuatku celaka. Dia ingin aku tenggelam juga!”

“Soo, tenang dulu.” Leeteuk berkata dengan lembut. Ia berjalan mengitari meja dan meletakkan sebelah tangan di pundak Sooyoung. Kemudian ia menggiring Sooyoung ke pintu, berhadap-hadapan dengan Yoona. Yoona menjulurkan lidahnya pada Sooyoung. “tuh, tidak ada siapa-siapa, kan?”

“tapi..tapi..”

“bagaimana kalau kau tidak usah ke danau dulu selama beberapa hari.” Usul Leeteuk, “kau bisa bersantai di perkemahan.” Yoona meniru ucapan Leeteuk dengan menggerak-gerakan bibirnya tanpa suara. Sooyoung memalingkan wajahnya membuat Yoona tertawa cekikikan.

“tidak pergi ke danau?” Tanya Sooyoung.

“ne. Beristirahatlah selama beberapa hari. Aku yakin kau akan merasa jauh lebih enak nanti.”

Sooyoung tahu cara itu takkan berguna. Ia tahu Yoona tetap akan membuntutinya kemana pun ia pergi untuk menjadikannya pasangannya. Sooyoung menghela napasnya, “rasanya percuma.”

“kalau begitu aku ada ide lain. Bagaimana kalau kau pilih olahraga baru? Olahraga yang belum kau coba? Sesuatu yang benar-benar sulit, misalnya, ski air.”

“aku tidak mengerti.” Sahut Sooyoung. “untuk apa?”

“karena kau akan begitu sibuk sehingga tidak sempat memikirkan soal hantu.”

“ne, pasti.” Ujar Sooyoung sinis.

“aku hanya mau membantu,” ujar Leeteuk dengan ketus. “atau bagaimana kalau kau membantuku?”

“membantu? Membantu apa?”

“jadi begini.. Apa kau tahu beberapa hari ini Taeyeon tampak dekat dengan namja salah satu peserta perkemahan ini.”

“maksudmu Kyuhyun?”

“ne, Kyuhyun.” Jawab Leeteuk mengiyakan.

“lalu apa hubungannya denganku?”

“mm…bagaimana ya? Mm…apa kau mau membantuku dengan berpura-pura menjadi yeojaku di depan Taeyeon supaya ia cemburu?” Tanya Leeteuk malu-malu. “tapi aku tidak akan memaksa kalau kau tidak mau.” Sambungnya cepat.

“ehm..aku..aku tidak tahu.” Jawab Sooyoung tidak tahu harus berkata apa, “kurasa sudah waktunya makan siang.” lanjut Sooyoung mengalihkan pembicaraan dan berjalan meninggalkan ruang kerja Leeteuk yang sempit.

Setelah berada di luar, ia menarik napas dalam-dalam. Udaranya jauh lebih sejuk di tempat itu. Ia berjalan menuju bangsal utama bagian depan. Tapi ketika ia sedang menyusuri lorong, ia kembali mendengar suara Yoona di belakangnya. “kau tidak bisa lolos, Soo. Kau pasanganku. Percuma saja kau berusaha kabur. Kau akan selalu menjadi pasanganku.”

Sooyoung merinding ketika mendengar bisikan itu. Bisikan yang diucapkan begitu dekat dengan telinganya. Tiba-tiba ia kehilangan kendali, “DIAM!!” pekik Sooyoung. “DIAM!! DIAM!! DIAM DAN JANGAN GANGGU AKU LAGI!!” Sooyoung berbalik untuk melihat apakah ia mendengar ucapannya. Saat Sooyoung berbalik, ia membelalakan matanya.

Tiffany berdiri di belakangnya. Saking kagetnya, ia sampai melongo. “oke, oke, aku pergi.” Ucap Tiffany sambil mundur teratur. “jangan marah-marah begitu, dong. Aku kan cuma mau tanya bagaimana keadaanmu.”

Mendengar Tiffany berkata seperti itu membuat Sooyoung tidak enak. Tiffany pasti mengira ia yang di caci-maki oleh Sooyoung. “aku..aku..”

“kupikir kita berteman,” kata Tiffany ketus. “aku tidak bilang apa-apa tadi, tapi kau langsung membentak-bentak!”

“bukan kau yang kuajak bicara tadi!” Sooyoung berusaha menjelaskan. “aku berbicara dengan dia!” Sooyoung menunjuk Yoona yang melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar di dekat jendela. “aku sedang berbicara dengan dia!” ujar Sooyoung lagi.

Tiffany menoleh ke arah jendela yang di tunjuk Sooyoung, lalu mengerutkan kening. Raut mukanya berubah jadi aneh.

**

Keesokan pagi setelah sarapan, Sooyoung pergi menuju dermaga. Ia memutuskan untuk mencoba ski air. Entah kenapa ia ingin mencoba mengikuti saran Leeteuk. Mungkin karena ia kasihan pada Minho. Semalam ia kembali memohon-mohon agar jangan menelpon orangtuanya. Minho benar-benar tidak mau pulang. Menurutnya inilah liburan musim panas paling mengasyikan yang pernah dialaminya. “kau memang bisa menikmati liburan ini. Kau tidak terus dibuntuti hantu kemana pun kau pergi.” Pikir Sooyoung.

Semalam Sooyoung memutuskan untuk tidak pergi ke danau dan menghabiskan waktu di pondok dengan membaca tapi keesokan paginya ia sadar bahwa rencana itu tidak sehebat perkiraannya. Mana mungkin ia berani sendirian di pondok sementara semua orang berada di danau. Tidak akan ada yang bisa melindunginya dari Yoona. Seharusnya ia menjauhi danau tapi ia benar-benar tidak ingin sendirian. Karena itu ia mengikuti saran Leeteuk. Ia pergi ke dermaga dan memberitahu Yuri bahwa ia ingin belajar ski air.

“bagus, Soo!” seru Yuri sambil tersenyum lebar. “kau sudah pernah mencobanya? Main ski air sebenarnya lebih mudah dari  yang kita sangka.” Yuri mengambil jaket pelampung berwarna kuning dan sepasang ski air dari gudang perlengkapan. Kemudian ia memberikan kursus singkat pada Sooyoung. Ia memperlihatkan bagaimana harus mencondongkan badan ke belakang dan menekuk lutut.

Tak lama kemudian Sooyoung sudah berada di air sambil menunggu giliran di tarik perahu motor. Taeyeon sedang melaju dengan kencang. Baju renangnya yang berwarna jingga tampak berkilauan dalam cahaya pagi.

Dengung mesin perahu bergema. Gelombang yang ditimbulkan perahu itu menjilat-jilat tepi danau. Taeyeon berseru keras-keras dan melepaskan tali penarik ketika perahu melesat melewati dermaga. Ia menjatuhkan diri ke air, lalu segera melepaskan ski-nya. Kemudian ia naik ke darat.

Tidak jauh dari situ, Kyuhyun tersenyum dan hendak menghampiri Taeyeon sambil membawakan  handuk. Namun baru beberapa langkah, ia berhenti. Taeyeon berlari kecil menuju Leeteuk yang langsung memberikan handuk padanya. Kyuhyun memandangnya dengan pandangan perih dan ia meremas kencang handuk di tangannya. Ia dapat melihat bagaimana Taeyeon tertawa lepas dengan Leeteuk dan Leeteuk membantu mengeringkan rambutnya.

Sooyoung bersiap-siap dengan ski-nya. Dengan susah payah ia memasang ski di kakinya. Kemudian ia meraih tali penarik, dan menggenggamnya dengan kedua tangan. Sooyoung mengambil posisi seperti yang contohkan Yuri.

“siap!” seru Sooyoung.

Mesin perahu terbatuk-batuk dan kemudian meraung-raung. Perahu itu melesat begitu kencang sehingga tali yang digenggamnya nyaris terlepas dari tangannya. Sooyoung memekik nyaring ketika ia mulai terangkat dari air. Kedua ski yang dipakainya meluncur di permukaan. Ia menekuk lutut dan menggenggam tali penarik erat-erat.

“aku berhasil! Aku bisa bermain ski air!” perahu meluncur semakin kencang, melesat lurus melintasi danau yang berkilau-kilau. Wajah dan rambutnya basah terkena percikan air danau yang dingin. Tidak lama kemudian ia mulai kehilangan keseimbangan, tapi kemudian berhasil menegakkan kembali badannya. Ia menggenggam kencang tali penarik dan terus melesat dengan kencang. “yes!!” seru Sooyoung.  “menyenangkan sekali!”

Tapi kemudian pengemudi perahu motor itu menoleh ke belakang. Sooyoung mengenal senyum itu.

Yoona!

Senyumnya semakin lebar ketika ia melihat ketakutan yang terlukis di wajah Sooyoung. “kembali! kembali ke tepi!” ujar Sooyoung memohon. Tapi ia membelokkan perahu itu dengan tajam membuat Sooyoung nyaris jatuh. Tali penariknya ia cengkram erat-erat. Kedua ski di  kakinya menampar-nampar permukaan air. Tubuhnya basah kuyup terkena cipratan air dingin. Sooyoung megap-megap seraya berusaha menarik napas.

Yoona mendongakkan kepala dan tertawa, tapi suara tawanya ditenggelamkan oleh deru mesin perahu. Sooyoung bisa melihat langit lewat tubuhnya yang tembus pandang. Tubuhnya di terobos sinar matahari. “kembalilah!” teriak Sooyoung. “stop! Aku mau dibawa kemana??”

Yoona tidak menyahut. Ia kembali menghadap ke depan. Rambutnya berkibar-kibar karena tiupan angin. Perahunya meloncat-loncat, meninggalkan gelombang buih dan percikan air dibelakangnya. Gelombang itu menerjang Sooyoung, ia menggigil kedinginan. Ia tidak bisa melihat karena pandangannya terhalang gelombang itu. Saking paniknya, ia perlu waktu lama untuk menyadari bahwa sebenarnya ada cara mudah untuk meloloskan diri. Ia tinggal melepas tali penariknya.

Sooyoung mengangkat tangan, dan talinya pun jatuh ke air. Ia meluncur sejenak kemudian jatuh ke air dan tenggelam. Jaket pelampung yang dikenakannya membawanya kembali ke permukaan. Ia megap-megap dan menyemburkan air yang sempat masuk ke mulutnya. Jantungnya berdegup kencang. Kepalanya terasa sangat pening seakan-akan dikelilingi cahaya matahari yang terang benderang. “dimana permukaan air? Dimana tepi danau?” pikir Sooyoung. Ia berbalik dan melihat perahu motor melaju di kejauhan. “kali ini kau tidak berhasil!” seru Sooyoung pada Yoona. Tapi sesaat kemudian ia segera terdiam. Perahu itu berputar arah. Yoona membelokkan perahu dan menuju tepat kearahnya. Sooyoung menahan napas ketika mendengar mesin perahu meraung-raung. Ia terapung-apung di permukaan, tak berdaya sama sekali.

Perahu motor mulai melesat kencang. “ia datang!” pikir Sooyoung. “ia mau menjadikanku sebagai pasangannya untuk selama-lamanya! Aku terperangkap disini. Ia mau menabrakku?!!”

Sooyoung mengayunkan kakinya didalam air. Dengan mata terbelalak ia memperhatikan perahu motor yang melesat kearahnya.

“aku harus menyelam!” ucapnya dalam hati. Satu-satunya cara untuk lolos adalah melalui bawah air.

Sooyoung menarik napas dalam-dalam. Setiap otot ditubuhnya menegang. Ia sadar harus menunggu saat yang tepat untuk menyelam.

Perahu motor semakin dekat. Raungan mesinnya semakin keras. Ia melihat Yoona mengarahkan perahu. Perahu itu dibidikkannya kearah Sooyoung. Sooyoung kembali menarik napas dalam-dalam. Tapi tiba-tiba ia sadar bahwa ia tidak bisa menyelam. Jaket pelampung yang dipakainya menahannya di permukaan.

Sambil memekik nyaring, ia meraih bagian depan jaket pelampung dengan kedua tangannya dan menariknya keras-keras. “ah, tidak bisa! Aku tidak bisa melepasnya!”

Permukaan danau kian bergolak ketika perahu motor semakin dekat. Seluruh danau seperti ikut bergoyang dan berputar. “a..aku akan tercabik-cabik!” Ia terus menarik dan mendorong jaket pelampungnya berharap bisa terlepas. “tidak ada waktu lagi! Aku tidak bisa menyelam!”

Raungan mesin perahu mengalahkan jeritannya. Sambil mengerahkan segenap tenaga, akhirnya ia berhasil menarik jaket pelampung ke atas melewati pundaknya.

Tapi terlambat!

Haluan perahu melesat melewatinya. Detik berikutnya, baling-baling perahu terasa memancung kepalanya.

**

Sooyoung menunggu rasa sakit yang akan menyerangnya. Ia menunggu kegelapan yang akan menyelubunginya. Tapi air disekelilingnya hanya bergolak hebat dan berubah warna. Mula-mula biru, lalu hijau

Sooyoung muncul di permukaan sambil terbatuk-batuk. Ia megap-megap dan terombang-ambing mengikuti alunan gelombang. “jaket pelampungku!” seru Sooyoung melihat jaket pelampungnya yang terbelah menjadi dua karena baling-baling perahu motor itu. “aku hidup!!” pekik Sooyoung. “aku masih hidup!!” ia berbalik dan melihat perahu motor melaju melintasi danau. “ia pasti menyangka aku sudah mati.” Sooyoung mengamati sekeliling untuk mencari tepi danau, lalu segera berenang menepi. Seakan-akan mendapat energi baru, arus yang deras ikut mendorongnya kearah perkemahan.

Beberapa peserta perempuan memanggil-manggilnya ketika ia naik ke darat. Ia melihat Yuri bergegas menghampirinya. “Soo…!” seru Yuri. “Sooyoung, tunggu!” Sooyoung tidak menggubrisnya. Semua orang tidak ia hiraukan. Ia malah mulai berlari.

Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia harus pergi dari perkemahan itu. Ia harus pergi sejauh mungkin. “aku tidak akan aman disini. Aku tidak akan aman selama Yoona menginginkanku sebagai pasangannya! Selama Yoona ingin agar aku juga tenggelam.” Ia tahu tidak ada yang mempercayainya. Semua bilang mereka mau membantu. Tapi tidak ada yang bisa menolongnya. Tidak ada yang sanggup melawan hantu.

Sooyoung menyerbu ke pondoknya dan segera berganti pakaian. Pakaian renangnya yang basah ia campakkan ke lantai, kemudian memakai celana pendek dan T-shirt. Ia menyibakkan rambut, lalu mengenakan kaus kaki dan sepatu kets. “aku harus pergi, harus pergi!” ia terus bergumam. “aku akan  menerobos hutan dan menuju ke kota di seberangnya. Aku akan menelepon eomma dan appa. Aku akan memberitahu mereka bahwa aku bersembunyi di kota. Aku akan meminta mereka datang untuk menjemputku.” Selesai mengemasi barangnya ia segera pergi namun sampai pintu ia menghentikan langkahnya. “apa aku perlu memberitahu Minho?” pikir Sooyoung. “ah, ani. Tidak usah. Ia pasti akan berusaha mencegahku.”

Akhirnya Sooyoung memutuskan untuk mengabari adiknya itu setelah sampai di kota, di tempat yang lebih aman. Sooyoung melongok dari pintu dan memandang ke kiri-kanan untuk memastikan keadaan  diluar aman. Kemudian ia melangkah keluar dan menyelinap ke belakang pondok. Namun kemudian ia bertabrakan dengan Tiffany. Ia mengamati wajah Sooyoung sambil memicingkan matanya. “kau mau pergi?” tanya Tiffany.

Sooyoung mengangguk, “ne. aku mau pergi.”

Sekali lagi raut wajah Tiffany berubah. Sorot matanya seakan-akan mati. “semoga berhasil.” Bisik Tiffany.

“kenapa ia bersikap aneh?” tanya Sooyoung dalam hati. Ia tidak sempat memikirkannya, ia melambaikan tangan pada Tiffany, lalu bergegas memasuki hutan.

Saat berjalan menyusuri jalan setapak diantara pohon-pohon, Sooyoung menoleh ke belakang dan melihat Tiffany masih berdiri di belakang pondok. Ia memandang ke arah Sooyoung. Sooyoung menarik napas dalam-dalam kemudian berbalik dan bergegas melangkah.

Pohon-pohon di kiri-kanan jalan setapak menghalangi sebagian besar sinar matahari. Semakin lama keadaan semakin gelap dan dingin. Duri tajam pada semak belukar menggores-gores lengan dan kakinya membuatnya menyesal karena tidak memakai celana panjang dan baju lengan panjang.

Sepatu ketsnya tergelincir karena menginjak lapisan daun mati. Berulang kali ia harus melewati dahan-dahan tumbang dan rumpun ilalang berduri. Akar-akar pohon tumbuh melintang di jalan setapak.

Akhirnya ia tiba di jalan bercabang. Ia berhenti sejenak, napasnya tersengal-sengal sambil menentukan jalan yang akan ia lewati. “apakah kedua cabang jalan itu menuju kota?”

Tiba-tiba Sooyoung menahan napasnya ketika mendengar suara bernyanyi. “seekor burung?” pikir Sooyoung. “bukan. Suaranya lembut sekali. Suara seorang perempuan.” Sooyoung menoleh ke arah sumber suara dan ia langsung mengerang ketika melihat Yoona duduk di sebuah dahan pohon yang rendah. Ia benyanyi sambil memiringkan kepala ke kiri-kanan. Matanya yang gelap tampak berkilauan ketika menatap Sooyoung.

“kau..kau membuntutiku?!” Sooyoung tergagap-gagap. “bagaimana kau bisa tahu bahwa aku..”

Yoona tertawa cekikikan. “kau pasanganku.” Sahutnya. “kita harus selalu bersama-sama.”

“tidak! Tidak bisa!” teriak Sooyoung. “kau kalah, Yoon! Aku tidak akan jadi pasanganmu karena aku tidak akan pernah lagi pergi ke danau. Aku tidak akan tenggelam seperti kau!”

Senyum Yoona lenyap, “tenggelam?” ia menggelengkan kepala. “Soo, kenapa kau berpikir begitu? Tampaknya kau bingung sekali. Aku tidak tenggelam.”

“hah?” Sooyoung tercengang karena terkejut.

“jangan bengong, Soo. Nanti kemasukan lalat.” Yoona menengadahkan kepala dan tertawa kemudian ia kembali menggelengkan kepala. “mana mungkin ada yang tenggelam di Seoul Camp Lake?” ujarnya. “setiap lima menit ada ceramah tentang keselamatan di air! Belum pernah ada yang tenggelam di Seoul Camp Lake!”

“kau tidak tenggelam?” pekik Sooyoung. “kalau begitu, bagaimana kau mati?”

Yoona mencondongkan badan ke depan dan menunduk menatapnya. Pandangan Sooyoung menerobos tubuhnya yang tembus pandang. Daun-daun di belakangnya tampak bergoyang karena tiupan angin.

“mau tahu?” tanya Yoona. “oke. Suatu malam pada waktu acara api unggun, aku tidak tahan lagi mendengar ceramah tentang keselamatan di air. Karena itu aku menyelinap ke hutan.” Ia menyibakan rambutnya ke belakang. “tapi aku melakukan satu kesalahan,” ia melanjutkan. “aku tidak tahu bahwa hutan ini penuh ular beracun yang mematikan.”

Sooyoung memekik tertahan. “di hutan ini ada ular??”

Yoona mengangguk. “hampir tidak mungkin ada yang bisa melintasi hutan ini tanpa digigit. Aku mati karena digigit ular, Soo.”

“tapi..tapi..” Sooyoung tergagap. “tapi kau selalu muncul didanau. Kenapa kau selalu muncul disana?”

“masa kau belum mengerti juga?” sahut Yoona. “itu memang sengaja. Aku sengaja membuatmu takut terhadap danau. Karena aku tahu kau akan berusaha kabur melalui hutan. Aku tahu kau akan lari ke hutan dan mati seperti aku… lalu jadi pasanganku.”

“andwae!!” pekik Sooyoung. “aku tidak mau! Aku..”

“Soo, lihat!” Yoona menunjuk ke tanah. Sooyoung menoleh dan melihat seekor ular gendut berwarna hitam melingkar di kakinya. “kita akan jadi pasangan abadi.” Yoona berkata dengan gembira. “pasangan abadi.”

Sooyoung berdiri seperti patung. Tanpa berkedip, ia memperhatikan ular gendut itu melilit di kakinya. “ahhh!!!” ia mengerang ketika ular itu mengambil ancang-ancang untuk memanggutnya.

“sakitnya tidak seberapa, kok,” Yoona menjelaskan. “rasanya seperti disengat tawon. Cuma begitu saja.” Ular itu mendesis nyaring. Mulutnya menganga lebar. Tubuhnya semakin kencang melilit kaki Sooyoung. “pasangan abadi,” Yoona bersenandung. “pasangan abadi…”

“bukan! Sooyoung bukan pasanganmu!” sebuah suara berseru.

Sooyoung hendak berpaling kearah suara itu, tapi ia tidak bisa bergerak. Lilitan ular di kakinya terlalu keras. “Tiffany!” seru Sooyoung. “sedang apa kau disini?”

Dengan  gerakan gesit, Tiffany meraih ular di kaki Sooyoung. Menariknya sampai terlepas, lalu melemparnya ke antara pohon-pohon. Tiffany menoleh ke arah Yoona. “Sooyoung tidak akan jadi pasanganmu, karena dia pasanganku!” seru Tiffany.

Yoona membelalakan mata, ia memekik kaget. Ia segera berpegangan pada dahan pohon agar tidak jatuh. “kau?!” seru Yoona. “kenapa kau ada disini??”

“ya, aku!” balas Tiffany. “aku datang lagi, Yoona!”

“tapi..tapi bagaimana kau..”gumam Yoona.

“kau berusaha mencelakakan aku tahun lalu,’ ujar Tiffany. “sepanjang musim panas kau berusaha menjadikan aku sebagai pasanganmu. Kau terus menakut-nakutiku. Ya, kan, Yoon?” ia mendengus. “kau pasti tidak menyangka bahwa aku akan kembali. Tapi aku datang lagi…untuk melindungi korbanmu berikutnya!”

“andwae!!” Yoona meraung.

Akhirnya Sooyoung mengerti. Ia menghampiri Tiffany dan berdiri disampingnya. “Tiffany pasanganku!” tegas Sooyoung. “dan tahun depan aku akan kembali untuk melindungi korban berikutnya!”

“andwae! Andwaeeee!!” Yoona meratap. “kau tidak boleh begitu! Aku sudah menunggu begitu lama! Sangat lama!!” ia melepaskan dahan pohon dan mengacungkan tinju ke arah Tiffany dan Sooyoung namun ia kehilangan keseimbangan. Ia berusaha meraih dahan pohon , tapi melesat. Tanpa suara ia terhempas ke tanah. Dan langsung lenyap. Hilang.

Sooyoung bangkit sambil menghela napas. “apakah ia pergi untuk selama-lamanya?” gumam Sooyoung.

Tiffany angkat bahu. “molla. Aku tidak tahu.”

Sooyoung berpaling pada Tiffany. “kau..kau telah menyelamatkanku!” seru Sooyoung. “gomawo, Tif!” Sooyoung menghampirinya sambil bersorak gembira. Ia ingin memeluknya karena telah menyelamatkannya.

Tapi……tangan Sooyoung menembus tubuhnya. Ia menahan napas. Ia meraih bahu Tiffany, tapi tangannya tidak merasakan apapun. Serta merta ia melompat mundur dengan mata terbelalak.

Tiffany menatapnya sambil memicingkan matanya. “Yoona membunuhku waktu liburan musim panas tahun lalu.” Ia berkata dengan suara pelan. “pada hari terakhir. Tapi aku tidak mau berpasangan dengannya. Aku tidak menyukai anak itu.” Ia mulai melayang kearah Sooyoung. “tapi aku perlu pasangan,” bisiknya. “semua orang harus punya pasangan. Kau mau jadi pasanganku, Soo?”

Sooyoung melihat ular berdesis-desis ditangannya tapi ia tidak bisa bergerak.

“kau mau  jadi pasanganku, kan?” Tiffany bertanya sekali lagi. “kau akan menjadi pasanganku untuk selama-lamanya.”

 THE END

Huaaaah selesai juga. Gimana endingnya? Ngegantung ya? kkkkkk~ Nasib Kyuhyun disini agak tragis ya? *dipelototin KyuTae shipper*

Yang mau ikutan Giveaway mana nih? Belum ada yang masuk ke email author. onion-emoticons-set-6-121onion-emoticons-set-6-113 Baru satu orang onion-emoticons-set-6-92onion-emoticons-set-6-100

Ditunggu ya sampe tanggal 30 April fan art-nya. onion-emoticons-set-6-72

[FF] Seoul Camp Lake (Chapter 5)

Di part ini ada KyuTae moment nyempil(?). 😀

Author : Ashiya
Cast : Choi Sooyoung (Girls’ Generation), Choi Minho (SHINee), Kim Taeyeon (Girls’ Generation), Jessica Jung (Girls’ Generation), Tiffany Hwang (Girls’ Generation), Leeteuk (Super Junior), Kwon Yuri (Girls’ Generation), etc. You’ll find ‘em later
Genre : Horror
Rating : T
Disclaimer : This story based on horror fiction series Goosebumps created by R.L Stine
©Copyright : ashiya19.wordpress.com

-Previous Chapter-

“d..dari mana kau tahu namaku??” kejut Sooyoung.

Ia tersenyum lebar. “aku sudah lama menunggumu.” jawabnya. “namaku Yoona.” Ia bangkit, berbalik, dan mengeluarkan sesuatu dari balik tangga. Jubah mandi berwarna putih. Ia merentangkannya dan menaruhnya di pundak Sooyoung yang gemetaran. Tangannya begitu ringan, Sooyoung nyaris tak merasakan sentuhannya. Ia membantu Sooyoung menalikan tali pinggang kemudian ia mundur dan kembali tersenyum, “aku sudah menunggumu, Sooyoung.” ucapnya dengan suara pelan sekali, bagaikan bisikan angin.

“a..apa? menunggu?”

Ia mengangguk. Rambutnya berkibar-kibar setiap kali ia menggerakan kepala. “aku tidak bisa pergi tanpamu, Soo. Aku perlu pasangan.”

Sooyoung menatapnya dengan kening berkerut. “mana yang lainnya? kemana mereka? Kenapa hanya kita berdua yang ada disini?” Sooyoung menyeka sebutir salju yang menempel di alisnya. “Yoona, kenapa tiba-tiba sudah musim dingin?”

“kau mau jadi pasanganku, kan, Soo?”

“aku tidak mengerti, tolong jawab pertanyaanku!”

“kau mau berpasangan denganku, kan?” ia bertanya lagi dengan pandangan memohon, “sudah begitu lama aku menunggu seseorang yang mau berpasangan denganku, Soo. Lama sekali.”

“tapi, Yoona..”

Yoona mulai bernyanyi lagi. Sooyoung heran kenapa ia begitu sedih saat menyanyikan lagu kebesaran Seoul Camp Lake itu? Kenapa ia tidak mau menjawab pertanyaan Sooyoung? dari mana ia tahu nama Sooyoung dan kenapa ia bilang ia sudah menunggunya?

“Yoona, tolonglah..” Sooyoung mencoba membujuk.

Sambil terus bernyanyi ia melayang ke teras gedung utama. Gumpalan-gumpalan kabut bergeser sedikit setiap kali ia bergerak. “oh!” Sooyoung memekik ketika sadar pandangannya bisa menembus tubuh Yoona. “Yoona?”

Ia melayang ke teras sambil mengayunkan kepala ke kiri dan ke kanan, seirama dengan lagu yang dinyanyikannya. “Yoona?” Yoona terdiam dan kembali tersenyum menatap Sooyoung. Butir-butir salju tersangkut di rambutnya.

“Soo, mulai sekarang kau pasanganku.” ia berbisik. “aku butuh pasangan. Setiap orang di Seoul Camp Lake perlu pasangan.”

“tapi..tapi kau sudah mati!” seru Sooyoung baru menyadarinya. “ia sudah mati dan aku pasangannya?” batin Sooyoung. “berarti….berarti aku juga sudah mati???”

-Chapter 5-

Yoona melayang-layang di atas Sooyoung. Rambutnya berkibar-kibar karena tiupan angin.

“kau sudah mati.” Gumam Sooyoung. “dan..aku juga?” Seketika ia langsung merinding ketika mengucapkan kata-kata itu. Ia mulai mengerti apa yang telah terjadi. Rupanya Yoona tenggelam di perkemahan ini. Di danau itu. Itu sebabnya semua orang di perkemahan begitu serius soal peraturan keselamatan di air. Pantas Yuri selalu berceramah panjang lebar tentang peraturan yang begitu banyak itu dan juga para pembina selalu menekankan bahwa semua peserta kemah harus berpasang-pasangan didanau. Karena Yoona mati tenggelam di danau itu.

“dan sekarang aku menjadi pasangannya? Aku jadi pasangannya….karena aku juga tenggelam.” Batin Sooyoung. “Aaaaaaaaaahhhhhh!!!” pekik Sooyoung. Ia mendongak dan meraung-raung seperti hewan utnuk melampiaskan kesedihannya.

Yoona memperhatikannya sambil terus melayang-layang. Ia menunggu Sooyoung tenang. Ia tahu apa yang sedang di pikirkan Sooyoung. Yoona menunggu Sooyoung dengan sabar.

Sooyoung mulai berpikir berapa lama Yoona menunggunya? Menunggu seseorang sebagai pasangannya. Pasangan yang sama-sama sudah mati. Sudah berapa lama ia menunggu orang lain tenggelam?

“ANDWAE!!” erang Sooyoung. “aku tidak mau! Aku tidak mau jadi pasanganmu! Aku tidak mau!” Sooyoung berbalik karena saking peningnya, ia hampir jatuh. Ia langsung kabur. Jubah mandinya terbuka dan mengepak-ngepak bagaikan sepasang sayap ketika ia lari menjauhi Yoona. Dengan kaki telanjang ia melintasi salju di tanah. Menembus gumpalan kabut, menerobos suasana yang serba kelabu.

“kajima, Sooyoung.” Sooyoung mendengar Yoona memanggil. “jangan pergi. Kembalilah! Kau harus jadi pasanganku! Aku terperangkap disini. Arwahku tidak bisa meninggalkan perkemahan. Aku tidak bisa masuk ke duniaku yang baru sebelum aku aku dapat pasangan!”

Sooyoung tidak berhenti, ia terus berlari melintasi perkemahan. Melewati pondok-pondok, melewati gudang persediaan di tepi hutan. Ia terus menjauhi suara Yoona yang begitu menyeramkan. “aku tidak mau jadi pasangannya. Aku tidak mau mati!”

Sooyoung berlari menerobos hutan salju, menyusup di antara pohon-pohon gundul tanpa daun yang berderak-derak. Berlari tanpa menoleh ke belakang. Ia baru berhenti setelah kakinya terbenam dalam air danau yang dingin. Air yang dingin dan suram.

Sooyoung megap-megap mengatur napasnya. Saat ia menoleh, ia melihat Yoona melayang ke arahnya di antara pohon-pohon.

“kau tidak bisa pergi tanpa aku, Soo!” seru Yoona. “kau tidak bisa pergi!”

Sooyoung berpaling darinya. Berpaling ke arah air.

Dadanya, kepalanya, semuanya terasa sakit. Ia tidak bisa bernapas. Dadanya seperti mau meledak. Ia terjatuh ke lumpur dan keadaan serba kelabu di sekelilingnya berubah menjadi hitam pekat.

**

Titik-titik cahaya yang terang benderang tampak menari-nari di atas kepalanya. Seperti kunang-kunang yang beterbangan di lapangan rumput pada malam hari.

Titik-titik itu semakin terang. Bulat, seperti berkas cahaya senter. Semakin terang hingga seolah tengah menatap bola emas yang berkilauan. Ia mengedipkan mata. Baru setelah beberapa lama akhirnya ia sadar ia sedang menatap matahari.

Tiba-tiba ia merasa berat. Ia bisa merasakan tanah di bawah tubuhnya. Ia bisa merasakan bobot tubuhnya yang di topang oleh tanah. Tubuhnya kembali seperti semula. Ia mengerang. Sesuatu bergerak di atasnya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali. Dan melihat Yuri. Wajahnya merah. Tampangnya tegang.

“ohh!” Sooyoung mengerang ketika Yuri menekan dadanya dengan dua tangan. Ia melepaskan tangannya, lalu kembali menekan. Sooyoung merasakan air mengalir dari mulutnya yang terbuka. Ia terbatuk-batuk. Semakin banyak air mengalir lewat dagunya.

“dia mulai siuman!” seru Yuri. “dia selamat!” Dibelakangnya Sooyoung melihat kaki-kaki telanjang, baju-baju renang, para peserta perkemahan itu.

Sooyoung kembali mengerang dan Yuri terus menanganinya dengan cara yang sama. Tidak lama kemudian Sooyoung sadar dan telentang di tanah. Ia telentang di tepi danau sementara Yuri terus memberinya napas buatan. Ia di kelilingi semua peserta perkemahan, mereka semua menonton bagaimana Yuri menyelamatkan nyawa Sooyoung.

“aku…selamat!” kata itu terlontar dengna nyaring dari tenggorokan Sooyoung. Ia duduk tegak dan memandang sekeliling. “semua sudah kembali.” Batin Sooyoung. “sekarang sudah musim panas lagi. Pohon-pohon kelihatan hijau, matahari bersinar cerah. Dan semuanya sudah kembali! Termasuk aku!”

Yuri menghela napas, lalu berlutut disamping Sooyoung. “gwaenchana?” ia bertanya dengan napas terengah-engah.

“kurasa aku baik-baik saja.” gumam Sooyoung. Mulutnya terasa masam dan ia masih merasakan kepalanya agak pusing.

Beberapa anak di belakang Yuri bersorak-sorai dan bertepuk tangan. “kami sempat khawatir kau celaka.” Ucap Yuri. “napasmu berhenti. Benar-benar menyeramkan!”

Dua pembina lain membantu Sooyoung berdiri. “aku baik-baik saja!” seru Sooyoung. “berkat kau, Yul. Kau menyelamatkanku!” Sooyoung memeluk Yuri kemudian ia berbalik dan memeluk Minho. Tiffany dan Taeyeon berdiri didekatnya. Keduanya kaget ketika tiba-tiba Sooyoung memeluk mereka.

Sooyoung begitu gembira karena masih hidup. Ia begitu gembira karena bisa lolos dari musim dingin yang serba kelabu dan lolos dari si gadis hantu di perkemahan itu.

“Soo, apa yang terjadi?” tanya Yuri.

“molla.” Sahut Sooyoung. “nan jeongmal mollaseyo.”

“ketika napasmu berhenti, aku…. Aku ketakutan sekali.” Ucap Yuri gemetaran.

“aku sudah tidak apa-apa sekarang.” Ujar Sooyoung tersenyum. “berkat kau.”

“dia cuma mau cari perhatian.” Tiba-tiba Sooyoung mendengar seseorang bergumam. Ia menoleh dan melihat Jessica berbisik pada orang disebelahnya. “sekarang semua orang harus merasa kasihan padanya,” Jessica mencemooh. “kita semua harus bersikap lebih ramah padanya.”

Sooyoung merasa sakit hati dengan ucapan Jessica. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Jessica tapi ia begitu gembira karena bisa kembali dengan selamat, sehingga ia memilih untuk diam saja.

Sooyoung memegang pundak Minho dan kemudian mengantarnya ke pondoknya, “aku akan menikmati sisa liburan ini.” Ucap Sooyoung pada Minho.

**

Petugas P3K memeriksa Sooyoung dengan teliti. Setelah itu ia pun beristirahat sepanjang sore. Setelah tidur lama, ia merasa perutnya lapar ketika bangun dan ia baru menyadari bahwa ia belum makan apapun dari pagi. Ia pun segera bergegas memakai sweater seragam perkemahan lalu menuju ke api unggun. Bau barbeque tercium jelas saat ia menuju lapangan di tepi hutan.

Leeteuk menyambutnya, “Soo, kau sudah segar lagi!” seru Leeteuk. “aku sudah dengar tentang….tentang apa yang terjadi di danau tadi siang..”

“aku sudah tidak apa-apa sekarang.” Ujar Sooyoung.

“hei, jangan sampai kejadian seperti itu terulang lagi.” Ia menegur Sooyoung. “atau kau akan kusuruh berenang di kolam balita saja.”

“aku akan lebih hati-hati.”

“sebaiknya begitu. Soalnya disini tidak ada kolam balita!” Leeteuk berkelakar membuat Sooyoung tertawa. “duduklah.” Setelah menyuruh Sooyoung duduk ia pun menengok ke sebelahnya. Ia langsung terkejut dengan tampang bete Taeyeon. Sepertinya ia cemburu karena Leeteuk begitu perhatian pada Sooyoung. “Ta..Taeyeon-ah, kenapa dengan tampangmu?”

“pikirkan sendiri!” sahut Taeyeon berbalik meninggalkan Leeteuk.

“ya! Kau marah?”

Taeyeon tidak menjawab dan ia menghempaskan dirinya di kotak kayu yang di jadikan tempat duduk. Ia duduk bersebelahan dengan salah satu peserta perkemahan itu juga, Cho Kyuhyun. Taeyeon mengaitkan tangannya di tangan Kyuhyun membuat namja itu mengerjap-ngerjapkan matanya bingung.

“ya! Kenapa kau menggandeng anak itu?!” sembur Leeteuk. Taeyeon tidak meresponnya dan malah semakin mengeratkan tangannya. “ya! Kim Taeyeon!”

“wae? Memangnya kau siapa melarang-larangku?” balas Taeyeon menjulurkan lidahnya. “pergi sana pada Sooyoung!”

Sesaat kemudian Leeteuk menyeringai, “hei, kau cemburu?” goda Leeteuk.

“aniyo!!” elak Taeyeon.

“jinjja?” tanya Leeteuk semakin melebarkan senyumnya. “kalau tidak, kenapa kau tampak kesal?”

“siapa yang kesal?!”

“lalu kenapa kau lari ke anak ini?” ucap Leeteuk menunjuk Kyuhyun.

“karena… karena aku menyukainya!”

“mwo??” kejut Leeteuk dan Kyuhyun pun ikut terkejut.

“ne! aku menyukainya!” sahut Taeyeon.

“haha.. mana mungkin!”

“kau tidak percaya? Baiklah akan kubuktikan.” CHU~ Tiba-tiba Taeyeon mencium pipi Kyuhyun membuat Kyuhyun dan Leeteuk membelalakan matanya. Begitu juga dengan peserta lain yang sedari tadi menonton. Taeyeon menatap Leeteuk sambil mengeluarkan senyum evilnya. “bagaimana?”

“ya! Kau..”

“keumanhae!” potong Yuri menghentikan pertengkaran konyol itu. “lanjutkan pertengkaran kalian nanti saja! sekarang semuanya harus duduk dan mengadakan pertemuan dulu sebelum makan!”

Dengan raut wajah kesal, Leeteuk duduk di samping Taeyeon. Ia terus memelototi Taeyeon yang masih saja menggandeng tangan Kyuhyun. “ya! Lepaskan tanganmu dari anak itu!”

“sireo!” tolak Taeyeon.

“aisshh..”

Melihat wajah kesal Leeteuk, Kyuhyun terpancing untuk membuatnya mengeluarkan kejahilannya. “Taeyeon-ah..”

“ne?”

“bagaimana kalau kita duduk disana saja?” ajak Kyuhyun menunjuk kursi di sebrangnya yang di peruntukan hanya untuk 2 orang.

Taeyeon menoleh menatap Kyuhyun dan mengerti maksudnya, “ah~ tentu. Kajja!” Taeyeon menyeret Kyuhyun menuju kursi itu meninggalkan Leeteuk yang menganga lebar melihatnya. Dari jauh Taeyeon dan Kyuhyun melihat wajah kesal Leeteuk. “haha.. ia tampak sangat kesal.”

Kyuhyun menoleh pada Taeyeon melihat wajahnya yang tampak puas, “ne.” sahutnya. “Taeyeon-ah..”

“hm?”

“setelah acara ini selesai, bisa bicara sebentar berdua saja?”

Taeyeon mengernyitkan dahinya dan beralih menatap Kyuhyun. “memangnya ada apa?”

“aniyo. Aku hanya ingin mengobrol sebentar.”

“kenapa tidak disini saja sekarang?”

“tidak bisa. Bukannya Yuri menyuruh kita mengikuti rapat? Tentu kita harus memperhatikannya.”

“ah~ benar juga.” Sahut Taeyeon. “baiklah.”

Kyuhyun tersenyum dan mengelus rambut Taeyeon. Dari jauh Leeteuk melihatnya dan wajahnya semakin memanas. Dengan emosi, ia menyeruput secangkir kopi di tangannya dan “akh panas! Panas!!” ia memuntahkan kembali kopi itu dan menjulurkan lidahnya yang kepanasan.

Yuri hendak memulai rapat dan sebagian para peserta telah mengambil tempat duduk masing-masing. Sooyoung memandang sekeliling untuk mencari tempat kosong.

“Sooyoung…?” terdengar sebuah suara memanggilnya. “Sooyoung.. sebelah sini!” Saat Sooyoung menoleh kearah suara, ia memekik kaget. Ia melihat Yoona di dekat tepi hutan. Rambutnya yang panjang berkibar-kibar di terpa angin dan cahaya senja yang kemerahan menembus tubuhnya. “kemarilah, Soo!” Yoona memanggil. “ayo temani aku. Kita kan berpasangan!”

Sooyoung menempelkan tangan ke pipi dan menjerit sejadi-jadinya.

“tidak mungkin! Kau tidak mungkin disini!” pekik Sooyoung. “kau hantu! Aku masih hidup!” Sooyoung berbalik dan melihat Yuri serta Leeteuk bergegas kearahnya. Minho pun bangkit dan berlari menghampirinya.

“noona! Wae??” cemas Minho.

“apa kalian tidak melihatnya??” ujar Sooyoung dengan suara melengking. Ia menunjuk balok kayu di tepi hutan. “dia hantu! Tapi aku masih hidup!”

Yuri segera merangkul Sooyoung, “tenang, Soo.” Bisik Yuri. “kau tidak apa-apa.”

“tapi..tapi dia duduk disitu!” ucap Sooyoung tergagap-gagap. Semuanya menoleh ke balok kayu itu.

“tidak ada siapa-siapa disitu.” Ujar Leeteuk dan kemudian ia menoleh ke arah Taeyeon dan Kyuhyun tidak jauh darinya. Ia terlihat marah melihat Kyuhyun melingkarkan tangannya di pundak Taeyeon yang tampak mencemaskan Sooyoung.

“mungkin kau masih bingung karena kejadian tadi.” Ucap Yuri dengan lembut. “itu wajar saja.”

“tapi..tapi..” Sooyoung tergagap-gagap. Ia melihat Tiffany dan Jessica berkumpul sambil berbisik-bisik dan kemudian Taeyeon ikut mendengar apa yang dibisikan kedua yeoja itu sambil terus memperhatikan Sooyoung. “apa yang sedang mereka pikirkan tentangku?” tanya Sooyoung dalam hati.

“kau mau diantar ke pondok?” tawar Leeteuk. Taeyeon menoleh kearahnya dan mengerutkan keningnya.

“tidak usah.” Jawab Sooyoung. “aku lapar sekali.”

Yuri tertawa, “mungkin itu masalahmu. Saking laparnya kau mulai melihat yang bukan-bukan. Ayo, biar kuambilkan makanan untukmu.”

Setelah makan cukup banyak, ia mulai merasa lebih baik. Pertemuan api unggun dibuka. Sooyoung duduk bersama beberapa peserta perempuan dari pondok lain. Sementara Leeteuk terus berbicara sambil sesekali melirik Taeyeon yang tampak akrab dengan Kyuhyun.

Sooyoung memperhatikan wajah para peserta perkemahan yang tampak kemerahan karena memantulkan cahaya api unggun. Sooyoung mengamati mereka satu persatu. “kenapa Taeyeon terlihat mesra dengan anak itu?” pikir Sooyoung. Sedetik kemudian ia teringat kembali pada Yoona. “dimana Yoona? Apa ia masih disini mengawasiku? Masih menunggu agar aku berpasangan dengannya?”

Sooyoung duduk dengan tegang. Seluruh tubuhnya terasa kaku. Matanya mencari-cari wajah Yoona yang pucat. Tapi ia telah lenyap. Untuk sementara.

Yuri menggantikan Leeteuk didepan. Hampir semua peserta mengeluh ketika ia mulai berceramah lagi tentang keselamatan di air. “kita mengalami kejadian yang tidak diinginkan hari ini,” ucap Yuri. “salah satu teman kita nyaris celaka.” Setelah Yuri mengatakan itu, semua orang langsung menoleh kearah Sooyoung. Ketika Sooyoung menoleh, ia melihat Tiffany, Jessica, dan Taeyeon di balok kayu sebelah. Mereka tampak masih berbisik-bisik. Namun tampaknya hanya Tiffany dan Jessica yang terus berbisik, sedangkan Taeyeon sesekali ia mengobrol dengan Kyuhyun yang duduk disebelahnya.

“peraturan keselamatan air sangat penting di perkemahan ini.” Kata Yuri. “di antara kalian ada yang menganggap bahwa banyaknya peraturan disini merupakan kutukan bagi Seoul Camp Lake.” Yuri berdiri sambil bertolak pinggang, menatap semua peserta satu persatu, “tapi seperti yang kita lihat tadi sore, sistem pasangan bukan kutukan, melainkan cara yang ampuh untuk menjaga keselamatan.”

Saat mendengar ucapan Yuri, Sooyoung menahan napas. Ia melihat sebuah wajah muncul di balik api unggun.

Yoona!

Namun kemudian…bukan! Ternyata ia anak perempuan dari pondok lain yang mau mengambil makanan lagi. Sooyoung menarik napas lega.

“aku harus pergi dari sini.” Ujar Sooyoung dalam hati. “aku tidak akan bisa bergembira disini. Aku pasti waswas terus karena terbayang-bayang wajah Yoona.”

Yuri kembal menjelaskan semua peraturan. Kemudian Leeteuk membacakan beberapa pengumuman, lalu semua bernyanyi bersama.

Sehabis acara semua peserta langsung bangkit dan menuju ke pondoknya masing-masing. Namun tidak dengan Kyuhyun dan Taeyeon. Diam-diam Kyuhyun membawa Taeyeon ke tempat lain yang cukup sepi.

“kenapa kau membawaku kemari?” tanya Taeyeon tampak waswas memperhatikan sekelilingnya yang begitu sepi.

“jangan takut. Aku tidak akan berbuat macam-macam.” Ucap Kyuhyun.

“lalu….ada apa?” tanya Taeyeon lagi sambil memeluk tubuhnya sendiri karena tiupan angin malam itu lumayan kencang. Kyuhyun melepas sweaternya dan mengenakannya di pundak Taeyeon.

“aku hanya ingin bertanya tentang…” Kyuhyun berhenti sejenak, “tentang ucapanmu tadi di depan Leeteuk.”

“hm?” Taeyeon mengerutkan keningnya, “yang mana?”

“soal kau…menyukaiku.” Sahut Kyuhyun pelan sambil menggaruk tengkuknya.

“oh soal itu.” Taeyeon mengangguk-angguk mengerti.

“jadi?”

“aku memang menyukaimu.”

Kyuhyun melebarkan matanya, “jinjja??”

“ne. Kau menarik, lucu, dan juga senang menjahili orang.” Ucap Taeyeon tertawa. “aku juga senang dengan caramu tadi mengerjai Leeteuk.

“hanya itu?” tanya Kyuhyun pelan. Terdengar seperti kekecewaan. Taeyeon mengangguk mengiyakan pertanyaan Kyuhyun. “tidak lebih?”

“hm? Maksudmu?” bingung Taeyeon.

“apa kau hanya mencintai Leeteuk?” tanya Kyuhyun membuat Taeyeon semakin bingung. “jadi ucapanmu tadi itu hanya untuk mengerjainya?”

“kau ini bicara apa?”

“Taeyeon-ah..” Kyuhyun meletakan kedua tangannya di pipi kiri dan kanan Taeyeon membuatnya terkejut. “apa kau tidak pernah melihatku?”

“Kyu..”

“apa aku tidak bisa menggantikan posisi Leeteuk di hatimu?”

“Kyu, jangan begini.” Ucap Taeyeon berusaha melepaskan kedua tangan Kyuhyun di wajahnya namun Kyuhyun menolaknya dan terus menangkup wajahnya.

“aku tidak peduli kau mempunyai hubungan dengan Leeteuk tapi tidak bisakah kau mulai mencintaiku dan….kita lakukan saja hubungan kita diam-diam di belakang Leeteuk.”

Ucapan Kyuhyun itu membuat Taeyeon membelalakan matanya. “mianhae, Kyu. Aku tidak bisa melaku…”

Kyuhyun tidak membiarkan Taeyeon melanjutkan ucapannya dengan membungkam mulutnya dengan bibirnya. Taeyeon membelalakan matanya menerima serangan(?) bibir Kyuhyun yang tiba-tiba. Taeyeon mendorong tubuh Kyuhyun dan seketika ia menamparnya. Taeyeon menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan kemudian ia melepaskan jaket Kyuhyun yang melekat di tubuhnya dan mengembalikannya pada Kyuhyun. Tanpa berkata-kata ia pergi meninggalkan Kyuhyun yang berdiri mematung di tempat itu melihat Taeyeon yang berjalan semakin menjauhinya.

“ku harap suatu hari kau bisa melihatku.” Gumam Kyuhyun.

Di tempat lain, Sooyoung berjalan menuju pondoknya. Di tengah perjalanan, ia mendengar suara langkah di belakangnya. Ia juga mendengar seseorang memanggil namanya. Ia mulai waswas khawatir jika itu adalah Yoona. Namun kemudian ia bisa bernapas lega saat melihat Minho berlari menyusulnya.

“kenapa kau jerit-jerit tadi?” tanya Minho “kau benar-benar percaya kau melihat hantu?”

“kenapa aku harus menjelaskannya padamu?” ketus Sooyoung sambil kembali berjalan menyusuri jalan setapak dengan langkah-langkah panjang. “paling-paling kau hanya akan menertwakanku nanti.”

“coba dulu.” Ucap Minho. “aku tidak akan tertawa. Aku janji!”

“aku melihat seorang perempuan yang sudah jadi hantu,” sahut Sooyoung. “sungguh. Dia memanggilku. Dia ingin aku jadi pasangannya.”

Minho tertawa, “yang benar saja. jangan bercanda.”

“aku serius!!” pekik Sooyoung kesal karena Minho menertawakannya. “aku mau pergi dari sini. Aku harus pergi! Aku harus cari telepon untuk menghubungi appa dan eomma malam ini juga! Aku akan menelepon mereka dan minta jemput!”

“hajima!” sahut Minho. Ia meraih lengan Sooyoung dan memaksanya berhenti.

“eomma dan appa pasti tidak mau dua kali kemari. Kalau kau menelepon mereka, aku pasti di suruh pulang sekalian.” Minho memprotes. “aku tidak mau pulang. Aku senang disini!”

“kau tidak mengerti! Aku tidak bisa tinggal disini. Aku tidak…”

“jebal.” Minho memohon. “coba lagi saja dulu. Kau masih bingung karena kejadian di danau tadi sore tapi sebentar lagi kau pasti sudah lupa.”

Sooyoung tidak menjawab ya dan juga tidak menjawab tidak. Ia hanya mengucapkan selamat mlaam pada adiknya itu lalu menuju ke pondoknya.

Sesampainya di pondok, Sooyoung berhenti di depan pintu. Semua lampu masih menyala. Ia mendengar Tiffany dan Jessica mengobrol pelan-pelan. Ia tidak mendengar suara Taeyeon.

Ketika Sooyoung masuk, Tiffany dan Jessica mndelik. Taeyeon ada disitu namun ia berbaring menelungkup di tempat tidurnya. Wajah Tiffany dan Jessica tampak tegang dan tiba-tiba mereka bergerak dengan cepat. Dalam sekejap saja, Sooyoung sudah terkepung.

“a..ada apa ini?” ucap Sooyoung tergagap-gagap. “kalian mau apa??”

“kami mau minta maaf.” Ujar Tiffany. Taeyeon mendengar ucapannya dan segera bangkit namun sebelum itu ia tampak mengusap matanya yang memerah.

“kami memang agak keterlaluan selama ini,” sesal Jessica.

“kami sempat membahas masalah ini,” kata Tiffany, “tapi…”

“kami merasa kami tidak adil padamu,” ucap Taeyeon sambil berjalan mendekat. “maafkan kami, Soo.”

Hal ini benar-benar di luar dugaan Sooyoung. Saking terkejutnya, ia nyaris tidak bisa berkata apa-apa.

“bagaimana kalau kita mulai dari awal lagi?” usul Tiffany. Ia meraih tangan Sooyoung. “mari berkenalan, Soo. Namaku Tiffany.”

“benar. Kita mulai dari awal!” seru Jessica.

“gomawo. Nan jeongmal haengbokhae.” Jawab Sooyoung bersungguh-sungguh.

Jessica berpaling pada Taeyeon. “hei, kapan kau mengecat kuku seperti itu?”

Taeyeon tersenyum dan mengangkat kedua tangannya. Kukunya berwarna ungu cerah. “ini warna baru. Warna favoritku. Aku mencat kuku sehabis berenang tadi.”

“wah, warna favoritmu sama dengan Kyuhyun.” Seru Tiffany membuat Taeyeon terkejut dan menoleh kearahnya. Mendengar nama Kyuhyun membuatnya teringat kembali kejadian beberapa waktu lalu. “warna apa sih itu?” tanya Tiffany lagi.

“eh? Mm..ini..Grape Juice, kalau tidak salah.” Jawab Taeyeon.

“kenapa kau terdengar gugup?” heran Jessica. “Grape Juice? Nama cat kuku memang selalu aneh-aneh. Boleh aku coba?”

“tentu.” Jawab Taeyeon. “Soo, kau mau juga?”

“mm…boleh.” Jawab Sooyoung. “tapi.. Taeyeon apa kau baik-baik saja? kenapa matamu merah seperti habis menangis?”

“eh? aniyo.” elak Taeyeon diselingi tawa kecil. “mungkin karena tadi aku sudah hampir tertidur dan tiba-tiba saja terbangun lagi.”

“oh begitu..” sahut Sooyoung manggut-manggut.

Akhirnya mereka larut dalam acara(?) itu hingga tidak peduli bahwa waktu untuk mematikan lampu telah lewat. Mereka terlalu asyik mengecat kuku.

Beberapa saat kemudian Sooyoung berbaring di tempat tidurnya sambil tersenyum. “aku telah mendapat tiga orang teman.” Batin Sooyoung. “mereka benar-benar membuatku gembira.”

Namun tidak lama kemudia senyum itu langsung meredup ketika ia mendengar bisikan dalam gelap. “Sooyoung.. Choi Sooyoung..” Sooyoung menahan napas. Tiba-tiba saja suara itu sudah begitu dekat..begitu dekat dengan telinganya. “Soo, kukira kita berpasangan. Kenapa kau meninggalkanku?”

“andwae…andwae..!” ucap Sooyoung memohon.

“Soo, aku sudah menunggumu begitu lama.” Suara itu berbisik. “ikutlah denganku. Ikutlah denganku, Soo..” dan tiba-tiba pundaknya digenggam tangan yang sedingin es.

“oh!!” Sooyoung langsung duduk tegak dan kemudian menatap mata Tiffany yang gelap.

Ia menurunkan tangannya dari pundak Sooyoung, “Soo, ada apa? Kau merintih-rintih tadi.”

“eh?? Apa??” suara Sooyoung gemetar, jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya bermandikan keringat.

“kau merintih-rintih.” Ulang Tiffany. “jadi kupikir lebih baik kau di bangunkan saja.”

“ehm…gomawo.” Ujar Sooyoung. “mungkin gara-gara mimpi buruk.”

Tiffany mengangguk dan kembali ke tempat tidurnya. Sooyoung tidak bergerak, ia terus duduk sambil menatap kegelapan di sekelilingnya. “mimpi buruk?” tanya Sooyoung dalam hati. “rasanya bukan..”

To be continue..

Abis ini part terakhir dan TIDAK AKAN DI PROTEKSI! 😀

RCL, please! 😉

[FF] Seoul Camp Lake (Chapter 4)

Author : Ashiya
Cast : Choi Sooyoung (Girls’ Generation), Choi Minho (SHINee), Kim Taeyeon (Girls’ Generation), Jessica Jung (Girls’ Generation), Tiffany Hwang (Girls’ Generation), Leeteuk (Super Junior), Kwon Yuri (Girls’ Generation), etc. You’ll find ‘em later
Genre : Horror
Rating : T
Disclaimer : This story based on horror fiction series Goosebumps created by R.L Stine
©Copyright : ashiya19.wordpress.com

-Previous Chapter-

“aku mau kabur!!” ujar Sooyoung pada Minho.

“selamat jalan.” sahutnya dengan tenang. “semoga berhasil.”

“aku serius, Choi Minho!!” pekik Sooyoung. “aku tidak main-main! aku benar-benar mau kabur dari perkemahan ini!

“jangan lupa kirim kartu.” kata Minho.

Sooyoung menyeretnya keluar dari bangsal utama seusai makan malam. Sooyoung menggiringnya ke tepi danau. Disana tidak ada siapa-siapa karena semua orang berkumpul di bangsal utama. Sooyoung menoleh ke arah perahu-perahu yang ditumpuk tiga-tiga di tepi air. Ia kembali teringat rambut Jessica yang pirang dan baju renangnya yang merah. Ia teringat bagaimana Jessica berenang menjauh, meninggalkannya di tengah danau. Dan juga Jessica telah berbohong pada Yuri sehingga ia yang mendapat masalah.

Sooyoung mengguncang-guncang pundak Minho, “kenapa kau tidak percaya? aku serius!” gertak Sooyoung. Namun Minho malah tertawa.

“orang yang baru makan kenyang jangan di guncang-guncang.” kata Minho yang kemudian bersendawa keras.

“ish! jorok!” gerutu Sooyoung. Minho hanya nyengir lebar. “jangan bercanda! Aku benar-benar tidak betah disini, Minho! Aku benci perkemahan ini. Disini tidak ada telepon yang bisa kita pakai. Aku tidak bisa menelepon eomma dan appa. Jadi aku terpaksa kabur!”

Raut wajah Minho berubah, ia baru sadar bahwa Sooyoung tidak main-main. “kau mau kabur kemana?”

“aku mau menerobos hutan.” jawab Sooyoung sambil menunjuk. “ada sebuah kota di balik hutan itu. Aku akan menelepon eomma dan appa dari situ supaya mereka bisa menjemputku.”

“andwae!”

“wae??”

“kita dilarang masuk hutan.” sahutnya. “Leeteuk pernah bilang hutan ini berbahaya, kan?”

“aku tidak peduli Leeteuk bicara apa! Pokoknya aku mau kabur!”

“Jangan terburu-buru, noona.” Minho mendesak. “kita belum satu minggu disini. Lebih baik kau tunggu saja dulu.”

“aku paling sebal kalau melihatmu sok kalem begini!” Sooyoung mendorongnya keras-keras dengan kedua tangan.

Minho kaget dan kehilangan keseimbangan hingga jatuh ke belakang. Ia terhempas ke lumpur tepi danau.

“akh!!”

“mian!” Sooyoung segera meminta maaf. “aku tidak sengaja. aku…”

Minho bangkit dengan susah payah. Punggungnya kotor oleh lumpur bercampur ganggang. Ia mengacungkan tinju sambil mencaci-maki. Sooyoung menghela napas. Sekarang adiknya sendiri pun marah padanya.

“apa yang harus kulakukan?” batin Sooyoung. “apa yang bisa kulakukan?”

**

Ketika Sooyoung kembali ke pondok, sebuah rencana baru mulai terbentuk dalam benaknya. Rencana yang benar-benar nekat. Rencana yang benar-benar berbahaya.

“besok!” gumam Sooyoung. “aku akan memberi pelajaran kepada mereka semua!”

-Chapter 4-

Keeseokan paginya Sooyoung terus memikirkan rencananya. Sebenarnya ia gugup sekali tapi ia tahu ia tidak boleh mundur.

Acara kelompok pada sore itu adalah renang bebas. Semua peserta sudah memiliki pasangan……..kecuali Sooyoung. Ia berdiri di tepi danau yang berlumpur dan memperhatikan peserta lain masuk ke air. Awan-awan putih tercermin di permukaan danau yang tenang. Serangga-serangga kecil tampak meluncur di permukaan air. Sooyoung memperhatikan makhluk-makhluk itu sambil memikirkan kenapa mereka tidak terbenam.

“Soo, sudah waktunya berenang!” seru Yuri. Ia bergegas menghampiri Sooyoung. Sooyoung membetulkan letak baju renangnya. Tangannya gemetaran. Ia benar-benar gugup. “kenapa kau tidak berenang?” tanya Yuri.

“a..aku belum dapat pasangan.” ujarnya tergagap-gagap.

Yuri memandang sekeliling untuk mencari seseorang untuk pasangan Sooyoung. Tapi semua sudah masuk ke air. “hmm..ya sudah, kau berenang sendirian saja. Tapi jangan ke tengah. Aku akan mengawasimu dari pinggir.”

“ne. Gomawo.” jawab Sooyoung tersenyum lalu segera menuju tepi air. Ia tidak ingin Yuri tahu bahwa baginya ini bukan acara renang biasa. Ia tidak ingin Yuri tahu bahwa ia telah merencanakan sesuatu yang akan membuat heboh.

Sooyoung melangkah ke air yang dingin itu. Segumpal awan melintas di depan matahari. Langit langsung bertambah gelap dan suhu udara pun turun. Kaki Sooyoung terbenam dalam lumpur di dasar danau. Di depannya ia melihat ratusan serangga kecil meluncur di permukaan air. Ia bergidik jijik. “kenapa aku harus berenang di air berlumpur yang banyak serangganya?” gumam Sooyoung. Ia menarik napas dalam-dalam dan terus melangkah maju. Ketika air yang dingin sudah hampir setinggi pinggang, ia membungkuk dan mulai berenang. Ia berenang berputar-putar dan membiasakan diri dengan air yang dingin.

Tidak jauh dari tempat Sooyoung berenang, Tiffany dan beberapa peserta yeoja lainnya sedang mengadakan lomba renang estafet. Mereka tertawa-tawa dan bersorak-sorai saat Taeyeon mencapai finish. Tampaknya mereka gembira sekali.

“sebentar lagi, mereka akan berhenti tertawa.” pikir Sooyoung menyeringai dan ia tersentak kaget saat tiba-tiba wajahnya terciprat air. Belum sempat ia berbuat apa-apa, wajahnya kembali di hujani percikan air. Baru kemudian ia sadar bahwa itu adalah ulah Minho. Ia muncul didepan Sooyoung dan menyemburkan air dari mulutnya ke wajah Sooyoung. “ish! Bagaimana bisa kau memasukkan air jorok ini ke dalam mulutmu!” seru Sooyoung. Minho hanya tertawa dan kembali berenang menghampiri pasangannya. “sebentar lagi ia juga akan berhenti tertawa. Mulai hari ini sikapnya akan lain padaku.” batin Sooyoung. “semua orang akan bersikap lain padaku.”

Namun baru saja Sooyoung berpikir begitu, tiba-tiba saja ia dihantui rasa bersalah. Ia berpikir seharusnya ia menceritakan rencananya itu pada Minho, bukan menjadikannya sasarannya. Tapi kemudian ia berpikir kembali, seandainya ia memberitahu Minho, ia pasti akan membujuknya untuk membatalkan rencananya. Atau ia akan memberitahu Yuri agar Yuri bisa mencegahnya. “tidak ada yang bisa mencegahku!” pikir Sooyoung.

Ia sudah merencanakannya sejak kemarin. Rencana yang sederhana namun pasti akan menimbulkan kehebohan. Ia akan berpura-pura tenggelam. Ia akan menyelam ke dasar danau, lalu tetap disana untuk waktu lama agar yang lain menyangka ia tenggelam. Sooyoung sanggup menahan napas untuk waktu lama. Ia bisa menyelam selama 2 sampai 3 menit. Cukup lama untuk membuat orang lain ketakutan. “semua akan panik. Termasuk Tiffany, Taeyeon, dan Jessica.” pikir Sooyoung. “semua akan menyesal karena telah bersikap begitu jahat padaku. Dengan begitu aku bisa memulai semuanya dari awal. Setelah kejadian di danau, semua orang di perkemahan ini akan bersikap ramah padaku. Semua mau menjadi pasanganku.”

Sooyoung menatap mereka semua yang asyik tertawa dan bersorak-sorai. Kemudian ia menarik napas dalam-dalam. Dan akhirnya menyelam ke dasar danau.

Air danau masih dangkal di bagian tepi. Tapi setelah itu dasar danau langsung curam. Sooyoung mengayunkan kakinya keras-keras untuk menjauhi para perenang lain. Kemudian menegakkan badan dan menurunkan kaki. Ia merapatkan tangan ke sisi badan dan membiarkan dirinya meluncur ke bawah. Ia membuka matanya saat meluncur ke dasar danau. Sekelilingnya tampak hijau. Hanya sedikit cahaya yang sanggup menerobos sampai ke bawah air.

Sooyoung membayangkan betapa sedihnya kedua orang tuanya jika ia benar-benar tenggelam. Seharusnya Sooyoung jangan dikirim ke perkemahan olahraga air! Sooyoung membayangkan mereka mengatakannya dengan perasaan penuh penyesalan.

Kaki Sooyoung menginjak dasar danau yang lunak. Segelembung udara lolos dari mulutnya. Ia merapatkan bibirnya untuk menahan udara. Perlahan-lahan ia naik ke permukaan. Ia memejamkan mata. Ia sengaja tidak bergerak untuk menimbulkan kesan tenggelam. Ia membayangkan kengerian di wajah Yuri ketika melihat tubuhnya melayang-layang dibawah permukaan air. Ia nyaris tertawa ketika membayangkan Yuri melompat ke danau untuk menyelamatkannya. Ia akan terpaksa mengorbankan celana tenisnya yang putih bersih.

Sooyoung memaksakan diri untuk tidka bergerak. Ia memejamkan mata rapat-rapat dan memikirkan Tiffany, Taeyeon, dan Jessica. Mereka akan merasa bersalah. Mereka akan menyesal seumur hidup karena bersikap buruk padanya. Gara-gara kejadian ini, mereka akan sadar betapa jahatnya mereka padanya. Lalu mereka akan mau bersahabat dengannya. Itulah yang ada dipikiran Sooyoung. Ia membayangkan mereka akan menjadi sahabat karib dan akan menikmati liburan musim panas yang menyenangkan.

Dada Sooyoung mulai sesak. Tenggorokannya mulai serasa terbakar. Ia membuka mulut dan melepaskan gelembung udara. Ia melayang dengan posisi tengkurap. Kakinya terjulur lurus ke belakang, sementara lengannya tergantung lemas di sisi badannya. Ia memasang telinga untuk mendengar teriakan panik. Mestinya sudah ada yang melihatnya.

Sooyoung menunggu teriakan meminta tolong. Teriakan yang memanggil-manggil Yuri. Tapi ia tidak mendengar apa-apa selain keheningan yang menguasai dunia bawah air. Ia kembali melepaskan gelembung udara. Dadanya terasa sesak sekarang, seperti mau meledak. Ia membuka mata. “apakah ada orang di dekatku? Apakah ada yang datang untuk menyelamatkanku?” batin Sooyoung. Namun yang ia lihat hanya warna hijau. Ia bingung kemana mereka semua? seharusnya Yuri sudah melihatnya. Tapi kenapa ia belum juga diangkat dari air?

Ia kembali membayangkan Yuri dengan celana tenisnya yang putih. Ia membayangkan tangan dan kakinya yang kecoklatan dan rambut panjangnya yang hitam. “Yuri, dimana kau?” batin Sooyoung. “apa kau tidak melihat aku sedang tenggelam? aku bilang kau akan mengawasiku dari tepi danau?”

Sooyoung sudah tidak tahan. Dadanya sudah hampir meledak. Seluruh tubuhnya serasa ditusuk-tusuk. Kepalanya serasa mau pecah. “apa mereka belum melihatku?” pelipisnya mulai berdenyut-denyut. Ia memejamkan mata namun kepalanya tetap pening. Ia menghembuskan sisa udara yang masih tersimpan di paru-parunya. Ia kehabisan napas, lengan dan kakinya mulai nyeri. dadanya serasa terbakar.

Tidak lama kemudian, ia melihat titik-titik berwarna kening cerah, walaupun matanya terpejam rapat. Titik-titik itu berputar-putar. Bertambah cerah, menari-nari di sekelilingnya. Mengelilingi tubuhnya yang seperti terbakar. Dadanya terasa meledak dan tiba-tiba saja ia merasa sangat kedinginan. Titik-titik kuning tadi semakin terang, seterang lampu sorot. Berputar-putar di sekeliling tubuhnya yang kaku. Ia menggigil kedinginan. Air dingin dan kotor masuk ke dalam mulutnya. Ia sadar ia menyelam terlalu lama. Tidak ada yang datang untuk menyelamatkannya. Ia berusaha melihat sekelilingnya namun titik-titik kuning itu terlalu terang. Ia tidak bisa melihat. Ia menelan seteguk air danau. Tidak bisa melihat dan tidak bisa bernapas. Ia sudah tidak kuat lagi. Ia tidak bisa menunggu lebih lama.

Sooyoung berjuang untuk muncul di permukaan tapi terasa berat. Kepalanya mendadak seberat satu ton. “harus naik!” sambil mengerahkan segenap kekuatannya, ia menggerakkan bahu keatas, menegakkan kepala. Ia berpaling ke tepi danau dan memicingkan matanya karena air yang mengalir di wajahnya.

Ia memicingkan matanya…tapi..tidak ada siapa-siapa! Sooyoung menoleh ke arah lain, tidak ada siapa-siapa! Tidak ada yang berenang. Tidak ada yang berdiri di tepi danau. “kemana mereka semua??” panik Sooyoung menggigil gemetaran.

Dengan susah payah ia berenang ke tepi. Kakinya mati rasa. Ia tidak merasakan lumpur di dasar danau ketika keluar dari air. Ia menggosok-gosok lengannya. Sentuhan tangannya tidak terasa di kulitnya. Ia juga tidak merasakan air yang mengalir turun di punggungnya. Ia tidak merasakan apapun!

“hei, dimana kalian?!” teriak Sooyoung. Tapi kemudian ia berpikir, apa ia memang bersuara? Apakah ia masih punya suara? Ia tidak mendengar apapun!

Sooyoung berjalan ke rumput dan menggoyangkan tubuhnya persis seperti puddle yang sedang mengeringkan bulunya. “kemana mereka?” gumam Sooyoung. Ia berjalan terhuyung-huyung sambil memeluk badannya sendiri. Semua perahu tampak berjajar dan terikat dalam posisi terbalik di tepi danau. “bukankah semua perahu sedang dipakai tadi?” gumam Sooyoung. “hei!” seru Sooyoung namun ia tidak bisa mendengar suaranya sendiri. “dimana kalian?” Ia melihat tidak ada siapapun di tepi danau.

Ia cepat-cepat berbalik dan nyaris kehilangan keseimbangannya, ternyata di air juga tidak ada siapa-siapa. Tidak ada seorang pun di sekitarnya! Ia berjalan melewati tumpukan ban dan perahu karet. Semuanya ditutupi terpal. “kenapa tidak dipakai? kenapa semuanya ditutupi terpal?” batin Sooyoung. “dan kenapa tidak ada siapa-siapa di danau?”

Sooyoung menggigil kedinginan ketika ia berjalan menuju bangsal utama. Ia terperanjat ketika melihat pepohonan. Semua daun telah gugur. Seperti di musim dingin. “aaaahhhhh!” Ia memekik tanpa suara. Ia tidak tahu apakah ada yang mendengarnya. “kenapa daun-daun telah gugur? Ini masih pertengahan musim panas!”

Ia mulai menyusuri jalan setapak ke bangsal utama. Ia kedinginan. Sangat kedinginan. Dan tiba-tiba sesuatu yang dingin mengenai pundaknya.

“salju?”

Butiran-butiran salju turun dari langit, tertiup angin. Pohon-pohon yang gundul berderak-derak. Ia menepis salju yang menempel pada rambutnya yang basah. “salju? tapi…ini tidak mungkin! Semuanya tidak masuk akal!” pikir Sooyoung. Ia kembali berteriak berharap ada yang mendengarnya. “tolooooong!”

Tak ada suara apapun selain dahan-dahan yang berderak-derak diatasnya. Ia berlari. Kakinya yang telanjang tak bersuara di tanah yang dingin. Pondok-pondok perkemahan mulai kelihatan ketika ia keluar dari hutan. Semua atap tertutup lapisan salju tipis. Tanah sama suramnya dengan langit. Semua pondok tampak gelap. Segala sesuatu serba kelabu. Ia berada di dunia yang dingin dan kelabu. Ia membuka pintu pondok pertama yang dilewatinya, “hei, aku butuh bantuan!” seru Sooyoung. Ia memandang ke sekeliling ruangan itu. Kosong, tidak ada siapa-siapa. Tak ada barang maupun pakaian berserakan. Pandangannya teralih ke tempat tidur, selimut, seprai, bahkan kasur…semuanya sudah diangkat. Sooyoung berpikir pondok itu sudah tidak dipakai lagi. Ia keluar dan berlari menyusuri deretan pondok. Semuanya gelap dan sunyi. Ia berlari menuju pondoknya yang berada di kaki bukit, setelah sampai ia menarik napas lega dan segera membuka pintunya.

“Tiffany? Taeyeon?” namun kamar itu kosong dan gelap. Kasur-kasur telah diangkat. Poster-poster telah di copot, tidak ada pakaian, tidak ada tas atau ransel. Tidak ada tanda-tanda bahwa tempat ini pernah di huni manusia. “dimana kalian?” seru Sooyoung lagi. “dimana barang-barangku?? Dimana tempat tidurku??” kejut Sooyoung. Ia memekik ketakutan dan berlari keluar.

Ia berlari menembus hawa dingin dengan pakaiannya yang basah. Ia melewati semua pondok dan membuka pintunya satu persatu sambil memanggil-manggil siapa saja yang bisa menolongnya. Ia masuk ke gedung utama. Sooyoung merasakan teriakannya bergema dari langit-langit yang tinggi namun ia tidak mendengar suara teriakan itu. Ia kembali berlari ke ruang makan. Bangku-bangku kayu yang panjang telah di tumpuk di atas meja. Dapur tampak gelap dan kosong. “kenapa jadi begini?” panik Sooyoung dengan tubuh gemetaran. “kemana mereka semua? kenapa mereka pergi? Bagaimana mungkin mereka pergi begitu cepat? Dan….mana mungkin sekarang sudah turun salju??”

Sooyoung kembali berlari keluar. Gumpalan-gumpalan kabut kelabu melayang rendah di atas permukaan tanah. Ia merangkul diri sendiri supaya lebih hangat. Ia ketakutan dan juga bingung. Ia berjalan dari satu bangunan ke bangunan berikutnya. Rasanya seperti berenang, berenang dalam kabut tebal.

Tidak lama kemudian ia mendengar sesuatu. Sebuah suara. Suara seorang yeoja. Ia sedang bernyanyi. Bernyanyi dengan suara melengking. “aku tidak sendirian!” seru Sooyoung. Ia mendengarkan nyanyiannya. Lagunya sedih dan dilantunkan dengan lembut. “dimana kau?” panggil Sooyoung. “aku tidak bisa melihatmu! kau dimana?”

Sooyoung mengikuti suara itu sampai ke gedung utama. Disana ia melihat seorang yeoja duduk di tangga teras yang terbuat dari kayu. “hei!” seru Sooyoung memanggil yeoja itu. “hei, apa kau bisa menolongku?” Yeoja itu terus bernyanyi, seakan-akan tidak melihat kehadiran Sooyoung. Sooyoung berjalan mendekatinya, kemudian ia sadar yeoja itu sedang menyanyikan lagu Seoul Camp Lake dengan suaranya yang kecil. Rambutnya panjang sebahu dan bergelombang. Wajahnya cantik, halus dan pucat. Sangat pucat. Ia mengenakan baju putih tanpa lengan. Butir-butir salju masih terus berjatuhan. Sooyoung menggigil, tapi tampaknya yeoja itu tidak kedinginan.

Ia bernyanyi sambil mengayunkan kepala ke kiri-kanan. Sooyoung menghampirinya sambil menepis butir-butir saju dari keningnya. Ia baru berpaling pada Sooyoung saat lagunya selesai. Kemudian ia tersenyum. “hai, Sooyoung.” sapa yeoja itu.

tumblr_m3dtxpikWh1r9kse8o1_500

“d..dari mana kau tahu namaku??” kejut Sooyoung.

Ia tersenyum lebar. “aku sudah lama menunggumu.” jawabnya. “namaku Yoona.” Ia bangkit, berbalik, dan mengeluarkan sesuatu dari balik tangga. Jubah mandi berwarna putih. Ia merentangkannya dan menaruhnya di pundak Sooyoung yang gemetaran. Tangannya begitu ringan, Sooyoung nyaris tak merasakan sentuhannya. Ia membantu Sooyoung menalikan tali pinggang kemudian ia mundur dan kembali tersenyum, “aku sudah menunggumu, Sooyoung.” ucapnya dengan suara pelan sekali, bagaikan bisikan angin.

“a..apa? menunggu?”

Ia mengangguk. Rambutnya berkibar-kibar setiap kali ia menggerakan kepala. “aku tidak bisa pergi tanpamu, Soo. Aku perlu pasangan.”

Sooyoung menatapnya dengan kening berkerut. “mana yang lainnya? kemana mereka? Kenapa hanya kita berdua yang ada disini?” Sooyoung menyeka sebutir salju yang menempel di alisnya. “Yoona, kenapa tiba-tiba sudah musim dingin?”

“kau mau jadi pasanganku, kan, Soo?”

“aku tidak mengerti, tolong jawab pertanyaanku!”

“kau mau berpasangan denganku, kan?” ia bertanya lagi dengan pandangan memohon, “sudah begitu lama aku menunggu seseorang yang mau berpasangan denganku, Soo. Lama sekali.”

“tapi, Yoona..”

Yoona mulai bernyanyi lagi. Sooyoung heran kenapa ia begitu sedih saat menyanyikan lagu kebesaran Seoul Camp Lake itu? Kenapa ia tidak mau menjawab pertanyaan Sooyoung? dari mana ia tahu nama Sooyoung dan kenapa ia bilang ia sudah menunggunya?

“Yoona, tolonglah..” Sooyoung mencoba membujuk.

Sambil terus bernyanyi ia melayang ke teras gedung utama. Gumpalan-gumpalan kabut bergeser sedikit setiap kali ia bergerak. “oh!” Sooyoung memekik ketika sadar pandangannya bisa menembus tubuh Yoona. “Yoona?”

Ia melayang ke teras sambil mengayunkan kepala ke kiri dan ke kanan, seirama dengan lagu yang dinyanyikannya. “Yoona?” Yoona terdiam dan kembali tersenyum menatap Sooyoung. Butir-butir salju tersangkut di rambutnya.

“Soo, mulai sekarang kau pasanganku.” ia berbisik. “aku butuh pasangan. Setiap orang di Seoul Camp Lake perlu pasangan.”

“tapi..tapi kau sudah mati!” seru Sooyoung baru menyadarinya. “ia sudah mati dan aku pasangannya?” batin Sooyoung. “berarti….berarti aku juga sudah mati???”

To be continue…

Happy birthday, Taengoo!^^onion-emoticons-set-6-86onion-emoticons-set-6-101onion-emoticons-set-6-157onion-emoticons-set-6-158

Sebenernya author gak bisa bikin FF yang main castnya bukan Taeyeon, tapi coba-coba aja pake cast lain. biar gak Taeng mulu. hehe…

Oh ya, nanti jam 19.00 WIB author bakal ngumumin pemenang event Thanks Giveaway, jadi tongkrongin terus blog ini ya! Dan juga author bakal publish FF Oneshot special Taeng’s birthday sequel dari I Got A Boy. onion-emoticons-set-6-99 Di tunggu aja ya~

Tetap tinggalkan jejak ya~onion-emoticons-set-6-81onion-emoticons-set-6-72

Protected: [FF] I Got A Boy (Final Chapter)

This content is password protected. To view it please enter your password below: