Daily Archives: December 26, 2012

[FF] Trouble Maker – Chapter 5

Cast : SM Family
Genre : School Life, Friendship
Length : 26 Chapters
P.S : FF ini terinspirasi (mungkin bisa dibilang seperti itu) dari novel terjemahan karya Enid Blyton yang berjudul The Naughties Girl Again. Author ga bermaksud memplagiat karena ceritanya sendiri TIDAK diambil 100% dari novel tersebut dan juga menyertakan judul dan pengarang novel aslinya.

–Trouble Maker– chapter 5 : Angry Taeyeon
Kedua pengaduan yang diajukan dalam Rapat Besar itu begitu berat, sehingga lama sekali kedua hakim dan anggota Dewan Juri berunding. Sementara itu anak-anak lainnya juga sibuk membicarakan persoalan tersebut. Tak banyak yang memihak Yesung, sebab ia memang tidak disukai. Tapi hampir semua juga merasakan bahwa Taeyeon seharusnya tidak naik pitam dan melakukan pemukulan.
“lagipula,” kata Kibum pada temannya, Donghae. “dulu ia memang anak yang paling badung di sekolah kita.”
“memang. Dulu dia kita beri nama si Trouble Maker.” Sahut Donghae. “tapi setelah tengah semester kelakuannya sungguh sangat baik.”
“dan aku yakin benar ia berusaha menjadi murid yang baik semester ini,” kata Sungmin yang ikut nimbrung(?). “aku sering mendengar dia mengatakan itu. semester lalu ia pernah bertengkar denganku, tapi kemudian ia minta maaf, dan sejak itu kelakuannya terhadapku sangat baik.”
Begitulah pembicaraan terus berlangsung sementara Taeyeon dan Yesung duduk tegak, dihati saling membenci, saling ingin agar yang lain dihukum seberat-beratnya.Para hakim dan juri sulit sekali mengambil kata sepakat. Beberapa anggota juri berpendapat bahwa Yesung memang seorang yang suka menyakiti anak-anak yang lebih kecil tapi kenapa Sehun tidak memberi kesaksian tentang itu? mungkinkah desas-desus bahwa Yesung sok jago itu hanya desas-desus belaka? Semua anggota dewan juri memang terbiasa untuk berpikir dan mengambil keputusan seadil-adilnya. Mereka pun sadar bahwa mereka tidak bisa menjatuhkan keputusan tanpa bukti. Dilain pihak, semua anggota dewan juri tahu betapa badungnya Taeyeon semester lalu, dan tahu juga betapa yeoja mungil itu akhirnya bisa mengalahkan dirinya sendiri dan mengubah pribadinya menjadi pribadi yang sangat menyenangkan. Mereka tidak percaya bahwa Taeyeon menampar Yesung hanya karena iseng saja, hanya ingin berbuat nakal. Mereka tidak ingin menghukum Taeyeon, sebab jangan-jangan Yesung memang suka menyiksa anak kecil.
Akhirnya Siwon mengetuk meja, minta agar hadirin diam. Semua terdiam, menunggu dengan berdebar-debar apa yang akan diputuskan hakim. Taeyeon masih merah pipinya karena marah dan gelisah. Yesung tampak pucat namun tenang.
“menurut kami persoalan ini sungguh pelik, tak mudah untuk diputuskan,” kata Siwon dengan suaranya yang enak didengar. “memang jelas Taeyeon tidak bisa mengendalikan diri dan menyerang Yesung. Tapi tidak jelas apakah Yesung benar-benar menyiksa Sehun. Sebab betapapun kita harus mempercayai kata-kata Sehun. Toh ia mengerti bahwa tidak baik bagi kita untuk berbohong. Kita juga sudah tahu pribadi Taeyeon dan tahu benar bahwa dia biasanya bersikap sangat adil. Jadi, kalau tidak ada suatu hal yang dianggapnya keterlaluan, sulit untuk percaya bahwa ia menyerang Yesung tanpa alasan.”
Hening sejenak.
Seluruh hadirin seakan menahan napas untuk mendengarkan apa kata Siwon selanjutnya. Siwon berpikir sejenak, kemudian melanjutkan perkataannya.
“baiklah. Taeyeon mungkin bersalah tapi mungkin ia merasa yakin Yesung melakukan perbuatan buruk. Karena itu ia tidak bisa menahan diri, menyerang Yesung untuk menghentikannya. Disitulah kau salah, Taeyeon. Kalau kau cepat naik darah, maka kau sulit untuk bisa berpikir secara jernih. Seharusnya kalau kau melihat sesuatu yang kau anggap salah, kau harus berpikir tenang, agar kau bisa mempertimbangkannya secara wajar, tidak melebih-lebihkannya, tidak memutar balikkannya. Kau tadi berbicara dengan sikap sangat membenci Yesung. Dan itu tidak saja melukai hatinya tapi juga pasti melukai hatimu sendiri.”
“aku memang membencinya!” sembur Taeyeon marah.
“tapi tanpa bukti yang cukup kuat bahwa Yesung sering menindas anak-anak kecil, kami tidak bisa mengadili atau menghukumnya.” Kata Siwon. “dan karena kami yakin bahwa kau sungguh berpendapat bahwa Yesung melakukan sesuatu yang salah, kami juga tidak menghukummu. Tapi kau harus meminta maaf pada Yesung karena berlaku begitu kasar padanya.”
Semua berpendapat bahwa keputusan ini adil sekali. Tak seorang pun menginginkan Taeyeon dihukum berat, sebab semua menyukai yeoja pemarah ini. jadi, semua berpendapat bahwa kemungkinan besar Taeyeon salah tafsir tentang Yesung dan karena itu Taeyeon harus meminta maaf.
Taeyeon tak berkata sepatah katapun. Ia duduk kaku, wajahnya masam. Yesung tampak senang. Siwon berunding lagi dengan Boa, kemudian ia berbicara untuk menutup persoalan itu, “itulah keputusan kami. Taeyeon kau harus meminta maaf pada Yesung. Dan Yesung, kau harus menerima permintaan maaf itu dengan baik-baik. Taeyeon, kau harus mengendalikan dirimu. Yesung, jangan sampai kau mendapat kesan bahwa kau menindas anak-anak kecil. Sebab kalau itu terjadi, maka hukumanmu akan sangat berat.”
Pertemuan itu pun beralih membicarakan hal lain. Dan setelah beberapa saat, Rapat Besar dibubarkan, sebab sudah melebihi waktu biasanya. Murid-murid keluar dari ruang auditorium tak semeriah biasanya. Persoalan yang tadi mereka hadapi, masih membekas. Perkelahian dan penindasan! Masalah seperti itu sangat jarang terjadi.
Yesung berjalan dengan riang, tangannya dimasukkan ke dalam saku. Ia merasa dirinya tiba-tiba jadi anak penting. Dan ia merasa senang. ia menang.
Sekarang Taeyeon akan terpaksa meminta maaf padanya.Tapi Taeyeon tidak sudi meminta maaf. Sunny memperhatikan wajah merah sahabatnya itu saat mereka pergi ke kantin.
“Taeng, itu Yesung disana. Cepatlah minta maaf, agar persoalan ini segera selesai.” Pinta Sunny.
“SHIREO!” tukas Taeyeon, menggelengkan kepalanya keras-keras. “aku tidak mau! aku senang sudah menamparnya, menyakitinya! Untuk apa berkata menyesal kalau dalam hati sangat tidak menyesal?”
“kau kan hanya minta maaf, tidak perlu mengatakan menyesal. Itu kan tata cara kesopanan saja,” Sunny mencoba membujuk Taeyeon. “dekati dia dan bicaralah, ‘Yesung, aku minta maaf’ begitu saja. tidak usah berbicara hal-hal lainnya.”
“shireo!” kata Taeyeon. “kali ini para Hakim dan Dewan Juri sudah berbuat kesalahan. Tak seorangpun bisa memaksaku meminta maaf.”
“Taeyeon, tidak peduli bagaimana perasaanmu, kau harus mematuhi Siwon dan Boa,” kata Sunny gelisah. “perasaanmu tak penting, yang penting adalah apa yang dirasakan anak-anak lain terhadapmu. Ini adalah masalah kau sendiri menghadapi pendapat seluruh warga sekolah ini!”
“mungkin juga. Tapi harus diingat kalau kali ini aku dipihak yang benar.” Kata Taeyeon dengan suara gemetar. “aku yakin Yesung memang suka menindas anak kecil!”
“Taeyeon, kerjakan saja apa yang sudah diputuskanoleh Rapat Besar, lalu kita berdua akan mengawasi Yesung, agar suatu saat kita bisa mengangkap basah dia,” pinta Sunny. “lakukan saja. demi aku, Taeyeon. Aku akan sangat sedih kalau kau tidak mematuhi Rapat Besar, sebab seisi sekolah pasti mengira kau takut minta maaf.”
“aku tidak takut!” kata Taeyeon dengan mata memerah.
Sunny tersenyum. Ia berpaling meninggalkan Taeyeon sambil berkata lagi,”kau takut. Kau takut menyakiti hatimu sendiri, meruntuhkan keangkuhanmu sendiri.”
Taeyeon langsung berjalan mantap kearah Yesung dan berdiri kaku, “aku minta maaf.”
Yesung membungkuk sopan dan menjawab, “kuterima permintaan maafmu.”
Taeyeon bergegas meninggalkan tempat itu, begitu cepat sehingga Sunny terpaksa berlari-lari kecil mengikutinya. “jangan mengikutiku!” bentak Taeyeon marah. Ia masuk ke ruang music, duduk di kursi piano. Dimainkannya sebuah lagu, dengan keras dan menggambarkan kemarahan. Kangta yang memang berniat ke ruangan itu dengan heran memasuki ruangan itu.
“GEE! Taeyeon.” seru Kangta. “belum pernah ku dengar lagu itu dimainkan sedemikian dahsyatnya. Berdirilah. Biar ku mainkan sebuah lagu yang lebih dahsyat dari itu, penuh rasa marah, dengan hujan badai hebat didalamnya.”
Taeyeon bangkit. Kangta memainkan lagu yang yang benar-benar dahsyat, penuh bayangan angin, laut, awan hitam, angin meraung-raung, dan pepohonan yang hampir bertumbangan. Kemudian badai reda, hujan turun rintik-rintik, angin berhenti bertiup, matahari terbit. Music pun menjadi lembut dan teduh.
Taeyeon mendengarkan itu semua. hatinya menjadi sejuk juga. Teduh dan lembut pula. Ia begitu mencintai music. Kangta meliriknya.
Yeoja mungil itu kini tampak tenang, tidak gelisah dan marah seperti tadi. Ia terus mainkan lagunya sampai terdengar lonceng berbunyi waktu tidur untuk Taeyeon.
“nah, sudah.” Kata Kangta, kemudian menutup pianonya. “sehabis badai, datang keteduhan. Sekarang pergilah tidur. Tidurlah dengan nyenyak, tidak usah memikirkan hal yang tidak-tidak lagi, arasseo?”
“ne, gomawo, oppa.” Ucap Taeyeon. Kangta tersenyum dan mengacak gemas rambutnya. “sekarang aku merasa lebih baik. Tadi hatiku panas dan mendendam. Tapi sekarang aku lega. Annyeongi jumuseyo!”
to be continue..

[FF] Trouble Maker – Chapter 4

Cast : SM Family
Genre : School Life, Friendship
Length : 26 Chapters
P.S : FF ini terinspirasi (mungkin bisa dibilang seperti itu) dari novel terjemahan karya Enid Blyton yang berjudul The Naughties Girl Again. Author ga bermaksud memplagiat karena ceritanya sendiri TIDAK diambil 100% dari novel tersebut dan juga menyertakan judul dan pengarang novel aslinya.

–Trouble Maker– chapter 4 : What’s Going on The Meeting?

Rapat besar tiba. Taeyeon duduk disamping Tiffany dan Sunny, tak sabar menunggu waktu untuk melaporkan Yesung. Yesung duduk tidak jauh darinya, wajahnya muram dan sama sekali tak tersenyum. Tetapi di mata Yesung tampak sekali sinar licik setiap kali ia berpaling pada Taeyeon.
“aku takut kalau-kalau Yesung juga akan melaporkanmu,” bisik Sunny pada Taeyeon “sepertinya ia membunyikan sesuatu.”
“I don’t care!” kata Taeyeon. “tunggu saja sampai rapat ini mendengar laporanku!”
Siwon dan Boa masuk, bersama beberapa guru-guru. Hadirin berdiri. Kedua Ketua Murid duduk, dan rapat pun mulai.
Uang dikumpulkan. Jumlahnya tak banyak. Key baru saja berulang tahun dan memperoleh 5000 won. Semua dimasukkan kedalam kotak. Sehun memasukkan 500 won. Kemudian setiap anak memperoleh 2000 won. Krystal memperoleh tambahan 500 won untuk uang prangko.
“kau sudah temukan buku perpustakaan yang kau hilangkan, Key?” tanya Siwon. “minggu lalu kami berjanji akan mengembalikan dendamu yang 500 won jika buku itu berhasil kau temukan.”
“belum, belum ku temukan,” jawab Key. “padahal aku sudah mencarinya kemana-mana.”
“ada yang menginginkan uang tambahan?” tanya Boa, menggoncangkan kotak uang untuk mengira-ngira berapa banyak uang didalamnya.
“bolehkah aku mendapat uang tambahan?” tanya Luna berdiri. “minggu lalu uangku hilang semua, 2000 won. Aku benar-benar sedih karena sebenarnya aku akan membeli prangko.”
“bagaimana hilangnya?” tanya Boa.
“kantongku berlubang.” Jawab Luna. “uangku sepertinya jatuh entah dimana.”
“apa kau sudah tahu kalau kantongmu berlubang?” tanya Boa.
Luna ragu-ragu sejenak. Kemudian berkata, “ne, aku tahu ada lubang dikantongku. Tadinya kecil sekali. Aku tidak tahu kalau akhirnya membesar, cukup besar untuk dilewati uang.”
“siapa pengawasmu?” tanya Siwon. “oh, kau Sooyoung. Apa kau pikir itu karena kesalahan Luna sendiri?”
“begini,” Sooyoung mulai berbicara. “terus terang saja Luna tidak begitu pandai menjahit baju. Semester yang lalu ia kehilangan pisau lipatnya yang sangat indah. Juga karena jatuh lewat lubang saku. Betul kan, Luna?”
“ne.” kata Luna gelisah. “memang benar. Seharusnya lubang dalam saku itu segera ku perbaiki. Aku agak teledor dan tak terlalu memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. aku berjanji tidak akan ada sakuku yang berlubang setelah ini. dan setelah ku pikir-pikir, rasanya lebih baik kubatalkan saja permintaanku tadi. Kukira uangku hilang karena kesalahanku”
Luna duduk. Dewan Juri berunding, cukup ramai. Kemudian seorang anak perempuan berdiri. Seohyun, seorang anak yang baik hati, dengan rambut coklat panjang dan lurus.
“boleh aku bertanya sedikit?” kata Seohyun. “kukira karena Luna telah mengaku bahwa itu kesalahannya sendiri dan karena biasanya ia sangat pemurah dengan uangnya, apakah tidak mungkin Luna mendapat sedikit keringanan dengan memberinya tambahan 2000 won?”
“kami baru saja merundingkannya.” Kata Boa. “dan keputusannya sebagai berikut. Kami hanya akan memberimu 1000 won, Luna, sebab kami yakin kau tidak akan berbuat kesalahan seperti itu untuk ketiga kalinya. Dan kau juga sudah berkata sejujurnya. Baiklah. Terimalah uang tambahan 1000 won ini.”
“oh, gomaseumnida!” kata Luna dengan senang, maju untuk menerima uang yang dimintanya itu. “aku sudah meminjam prangko pada Tiffany. Sekarang aku bisa membayar kembali utangku tanpa harus mengurangi uang sakuku yang 2000 won. Aku akan lebih berhati-hati lagi.”
“ada lagi yang meminta uang tambahan?” tanya Siwon mengetuk meja, sebab anak-anak sudah mulai ramai mengobrol sendiri. segera mereka terdiam.
Seorang anak perempuan bernama Yoona berdiri. “minggu ini nenekku berulang tahun,” katanya. “aku ingin mengiriminya selembar kartu. Bolehkah aku minta uang tambahan untuk membeli kartu itu beserta perangkonya?”
“tidak.” Jawab Siwon. “kau harus membelinya dengan uang sakumu. Permintaan tidak dikabulkan.”
Yoona mendesah kecil sambil kembali duduk, “hmm..baiklah.”
“ada permintaan lain?” tanya Siwon.
Tak ada yang bersuara. Taeyeon tahu kalau acara selanjutnya adalah mendengarkan keluhan atau pengaduan. Dadanya berdebar keras. Siwon berbicara sejenak dengan Boa, kemudian kembali mengetuk meja agar hadirin diam.
“ada laporan. Keluhan, atau pengaduan?” tanya Siwon. Taeyeon langsung berdiri. Tetapi Yesung juga berdiri, dan ternyata lebih cepat darinya.
“kau duluan, Yesung,” kata Siwon. “duduklah, Taeyeon, giliranmu setelah Yesung nanti.”
“oh, tapi, Siwon, aku harus melaporkan sesuatu yang sangat penting!”
“nanti juga bisa.” Kata Siwon. “duduklah.”
“tapi, Siwon, aku ingin melapor tentang Yesung!” kataTaeyeon suaranya meninggi.
“Taeyeon, lakukan apa yang diperintahkan padamu,” kata Boa. “kau nanti akan punya cukup banyak waktu untuk mengatakan apa yang ingin kau katakan.”
Tak bisa membantah lagi, Taeyeon duduk. Ia sangat marah. Matanya bersinar tajam kearah Yesung. Tapi Yesung pura-pura tidak melihat, tampak sangat sabar menunggu waktunya untuk berbicara.
“nah, Yesung, apa yang akan kau katakan?” tanya Siwon.
“aku harap yang akan ku katakan ini tidak dianggap mengadu.” Yesung mulai berbicara dengan suara sopan dan agak malu-malu. “tapi aku terpaksa melaporkan tentang kelakuan Kim Taeyeon padaku. aku selalu berusaha bersikap baik padanya..”
“ooo..” kata Taeyeon kesal. “kau tahu sendiri kata-katamu itu tidak benar! Kau sudah..”
“Diam, Taeyeon!” perintah Siwon tajam. “ kau bisa mengatakannya nanti setelah Yesung. Jangan menyela. Teruskan Yesung!”
Dada Taeyeon bagaikan meledak menahan marah. Sunny memegang lengan sahabatnya itu agar bersikap lebih tenang. Tapi Taeyeon menepis tangan Sunny.
“aku selalu berusaha untuk berlaku baik padanya.” Yesung melanjutkan, dengan suara yang sangat sopan. “tapi toh aku tidak bisa membiarkannya mencabuti rambut di kepalaku dan menampar mukaku keras-keras!”
Hening seketika semua. heran. Semua memandang Taeyeon. Yesung melanjutkan ceritanya, sangat senang karena semua memperhatikan kata-katanya. “di amplop ini kusimpan sebagian rambutku yang di cabut olehnya, sebagai bukti, kalau-kalau kalian tidak mempercayai kata-kataku,” kata Yesung lagi. “dan ada beberapa orang yang bisa dijadikan saksi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja karena Taeyeon seorang anak perempuan maka aku tidak mau membalasnya, walaupun aku tahu kalau di semester yang lalu ia memang terkenal sebagai trouble maker di sekolah dan..”
“kau tak usah membicarakan hal itu, Yesung. Tak ada hubungannya denga perkara ini.” tukas Siwon segera. “selama ini kita mengenal Taeyeon sebagai murid yang selalu bersikap adil dan baik hati, walaupun ia pernah sangat nakal. Bisakah kau mengatakan kenapa Taeyeon melakukan hal yang luar biasa itu?”
“ia tidak suka aku mengayunkan seseorang.” Kata Yesung. “ia selalu ikut campur apapun yang sedang kulakukan. Ia selalu tertawa kalau aku berbuat kesalahan dikelas. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan peristiwa ini. aku sedang mengayunkan Sehun, dan Sehun menjerit-jerit kegirangan, tiba-tiba saja Taeyeon menyerbuku, mencengkram rambutku dan menariknya keras-keras, kemudian aku ditamparnya dan ditinjunya!”
“sudah, terima kasih.” Kata Siwon. “duduklah! Taeyeon, mungkin kau bisa menerangkan apakah yang dituduhkan Yesung tadi benar. Apa benar kau mencabut rambutnya dan menamparnya?”
Taeyeon langsung berdiri. Pipinya merah bagaikan api, matanya menyala-nyala murka. “Benar!” katanya hampir berteriak. “dan sudah pantas dia menerima hajaran itu! kalau perlu aku ingin mencabut rambutnya lebih banyak lagi, menamparinya..”
“cukup, Taeyeon!” Boa memutus perkataan Taeyeon. “kalau kau tak bisa mengendalikan dirimu, tak bisa menceritakan apa yang terjadi dengan baik, lebih baik kau tak usah berkata-kata lagi.”
Taeyeon tahu tak ada gunanya ia marah-marah. Sekuat tenaga ia mencoba bersikap tenang. “baiklah, akan ku ceritakan baik-baik apa yang terjadi.” Katanya. “dan kau akan tahu bahwa sudah sepantasnya aku marah, dan mungkin kau bisa memahami bahwa sepantasnya aku menamparnya. Waktu itu aku akan mengunjungi kelinciku. Tiba-tiba aku mendengar seseorang menjerit-jerit. Ternyata Sehun. Ia duduk diayunan dan berteriak minta agar Yesung tidak mengayunnya lagi sebab ia sudah sangat ketakutan.”
“teruskan.” Kata Siwon dengan nada dingin.
“aku segera berlari untuk menghentikan ayunan itu. tapi Yesung menghalangiku, mendorongku hingga terjatuh,” kata Taeyeon, merasakan betapa kemarahannya makin lama makin tinggi lagi, saat ita menceritakan apa yang terjadi. “aku bangkit dan menangkap Yesung agar tidak mengayun Sehun lagi. Sehun sudah begitu pucat dan terayun sangat tinggi. Aku takut kalau anak itu jatuh. Oh, Siwon, Boa, ini bukan pertama kalinya Yesung menyiksa anak kecil! Ia benar-benar seorang anak yang kejam!”
Hening sekali lagi. Setiap orang yang hadir tahu betapa gawatnya persoalan yang mereka hadapi. Siapa yang benar? Yesung atau Taeyeon? Bersifat kejam terhadap yang lemah suatu tindakan yang sangat dibenci di sekolah itu. tapi pemarah dan suka berkelahi juga suatu kesalahan besar.
Sunny sangat bingung. Ia tahu benar Taeyeon berniat untuk berkelakuan baik semester ini, dan ternyata kini si Trouble Maker ini telah terlibat suatu kesulitan berat! Tak ada gunanya menghentikan Taeyeon. Jika Taeyeon melihat sesuatu yang dianggapnya tidak adil, ia pasti langsung hilang kesabaran dan mencoba membenarkannya. Sunny tak tahu bagaimana perkara pelik ini bisa diselesaikan.
Siwon dan Boa berunding dengan suara perlahan. Dewan Juri juga membicarakan perkara tersebut. Yesung duduk dengan tenang. Ia bahkan tidak melihat Taeyeon sama sekali.
Siwon mengetuk meja, minta agar hadirin diam. “kami ingin bertanya pada mereka yang melihat peristiwa itu. siapakah yang hadir waktu hal tersebut terjadi?”
3 orang anak berdiri. Key, Taemin dan Minho.
Secara singkat mereka berkata bahwa mereka melihat Taeyeon mencabut rambut, menampar dan meninju Yesung.
“apakah Yesung balas memukul?” tanya Boa.
“kami tidak melihatnya berbuat itu,” jawab Minho, kemudian duduk. Ia merasa kasihan pada Taeyeon.
“sekarang akan bertanya pada Oh Sehun apa yang telah terjadi,” kata Siwon dengan suara yang berubah lembut. “berdirilah, Sehun, dan jawab pertanyaanku.”
Sehun yang baru berumur 12 tahun (anggap saja begitu! XD) itu berdiri. Kakinya gemetar. Ia sangat ketakutan melihat semua mata tertuju padanya.
“apakah Yesung mengayunkanmu terlalu tinggi?” tanya Siwon.
Sehun berpaling pada Yesung. Yesung memandangnya dengan pandangan aneh. Dan Sehun berbicara dengan suara yang bergetar, “ne, ia mengayunku cukup tinggi..”
“apakah kau ketakutan?” tanya Siwon.
“ttttidak..” jawab Sehun.
“apa kau menjerit minta tolong?” tanya Boa.
“tidak..” kata Sehun, melirik kearah Yesung. “aku hanya…aku hanya menjerit kegirangan..”
“terima kasih,” kata Siwon. “duduklah.”
Taeyeon meloncat berdiri. “Yesung pasti telah memaksanya untuk mengatakan itu semua tadi!” serunya. “coba tanyakan pada anak-anak kecil lainnya, apakah mereka ingin mengadu tentang Yesung!”
Boa berpaling pada tempat murid-murid kecil duduk. “Apakah ada diantara kalian yang akan mengadu tentang Yesung?” tanyanya. “kalau ia pernah berbuat kasar, membully atau menyakiti kalian, entah dengan cara apapun, harap menceritakan hal itu sekarang juga.”
Taeyeon menunggu. Menurut perkiraannya sekitar 6 orang anak akan berdiri dan memberi kesaksian. Tetapi ternyata tidak! Ruang itu sunyi. Tak seorang pun berdiri dan melapor sungguh aneh! Lantas, apa yang akan terjadi?
to be continue..

[FF] Trouble Maker – Chapter 3

Cast : SM Family
Genre : School Life, Friendship
Length : 26 Chapters

FF ini terinspirasi (mungkin bisa dibilang seperti itu) dari novel terjemahan karya Enid Blyton yang berjudul The Naughties Girl Again. Author ga bermaksud memplagiat karena ceritanya sendiri TIDAK diambil 100% dari novel tersebut dan juga menyertakan judul dan pengarang novel aslinya.

–Trouble Maker– chapter 3 : Taeyeon Got an Enemy

Suasana tenang itu ternyata dirusak oleh 2 dari anak-anak baru. Mereka segera menyadari bahwa Yesung itu dengki dan keji. Juga segera diketahui bahwa Liu Amber, si anak perempuan yang tomboy, suka bertengkar dan sulit bergaul.
Sebaliknya, ternyata Sulli sangat lucu. Ia pandai sekali menirukan gerak-gerik dan cara berbicara semua guru, terutama Han seonsaengnim yang mengajar bahasa Prancis. Jika berbicara, ia banyak sekali menggerakan tangan, dan nada suaranya selalu naik-turun dengan cepat. Sulli bisa meniru raut muka, cara bicara, dan cara menggerakan tangan Mrs. Han dengan tepat, sehingga seisi kelas bisa terpingkal-pingkal dibuatnya.
“Sulli menyenangkan,” kata Taeyeon. “tetapi kurasa aku tak bisa berteman dengan Yesung dan Amber. Menurut pendapatku Yesung seorang anak yang kejam, Sunny.”
“wae?” tanya Sunny. “apa mereka pernah kurang ajar padamu?”
“aniyo.. tidak padaku,” kata Taeyeon. “kemarin aku mendengar seseorang menjerit. Ku lihat Sehun lari dari Yesung, dengan wajah yang memerah seperti menahan air mata. Ku tanyai anak itu, tapi ia tidak mengaku. Mungkin sekali Yesung telah mengerjainya atau entah diapakan anak itu.”
“kurasa sih memang begitu,” kata Sunny.
Tiffany Hwang mendengar percakapan mereka dan mendekat sambil membawa puddle kesayangannya, Romeo.
“kukira Yesung merasa dirinya jagoan, paling berani, paling kuat,” kata Tiffany. “ia selalu mengganggu juniornya, menggertak mereka, mengganggu permainan mereka, dan bila iseng memukul siapa saja.”
“kurang ajar!” desis Taeyeon, yang selalu membenci ketidakadilan. “awas kalau sampai kulihat sendiri. akan ku laporkan dia ke Rapat Besar!”
“hati-hati saja,” kata Tiffany. “kau harus yakin bahwa apa yang kau laporkan benar. Kalau tidak kau takkan didengar oleh sidang.”
Saat ituYesung muncul. Ketiga gadis itu langsung diam. Yesung sengaja menubruk Taeyeon, hingga hampir saja Taeyeon terbanting ke dinding.
“oh, mian, aku tak melihatmu!” Yesung menyeringai, melanjutkan perjalanan masuk ke dalam kelas. Kemarahan Taeyeon meluap. Ia sudah melangkah untuk mengejar Yesung, tapi Sunny cepat menangkap tangannya.
“ia sengaja ingin membuatmu marah,” kata Sunny. “Jangan sampai kau terpancing olehnya!”
“bagaimana aku tidak marah. Dia memang kurang ajar!” geram Taeyeon.
Bel berbunyi dan pelajaran akan dimulai sehingga tak ada waktu untuk berbuat apapun terhadap kejadian tadi. Taeyeon yang sekelas dengan Yesung memandang marah kearahnya. Sedangkan Yesung mengejeknya dari jauh. Dan mulai saat itu mereka pun bermusuhan.
Ketika Yesung hampir salah semua dalam soal matematikanya, Taeyeon tersenyum kegirangan. “syukur!” katanya. Sayangnya, Mrs. Song mendengar dan melihat tingkah Taeyeon itu. Dengan tajam guru itu berkata, “apakah kita perlu senang kalau orang lain berbuat salah?” giliran Yesung sekarang yang menyeringai senang.
Baik Yesung maupun Taeyeon sama-sama senang jika salah satu diantara mereka mendapat nilai buruk. Tetapi Taeyeon lebih sering punya kesempatan untuk menertawakan Yesung, sebab ia termasuk anak cerdas, cepat menguasai pelajaran dengan baik. Sementara Yesung agak lambat berpikir, walaupun tubuhnya lebih tinggi dan lebih besar dari Taeyeon.
Dalam permainan pun mereka berusaha keras untuk saling mengalahkan atau menyakiti. Dan mereka sering secara kebetulan merupakan pihak-pihak yang berlawanan. Dan setiap ada kesempatan bagi Yesung untuk memukul tangan Taeyeon dengan tongkat lacrosse, atau menghantam kakinya dengan tongkat hockey, maka itu dilakukannya dengan senang hati. Begitu juga dengan Taeyeon.
Mr. Choi, guru olahraga, segera melihat hal ini. dipanggilnya kedua anak tersebut.
“kalian sedang bertanding, bermain. Bukannya bertempur!” kata Mr. Choi dengan tegas. “jangan bawa rasa permusuhanmu kedalam pertandingan hockey dan lacrosse, dan bermainlah dengan baik, arasseo?!”
Taeyeon jadi malu oleh teguran ini, dan menghentikan usahanya untuk menyakiti Yesung. Tapi Yesung tampaknya semakin bersemangat untuk menghadiahkan pukulan yang menyakitkan pada Taeyeon, hanya kini ia melakukannya dengan licik, setiap kali guru mereka tak melihat.
“Taeyeon, neo jinjja baboya bermusuhan dengan Yesung!” kata Sooyoung suatu hari. “dia lebih besar darimu. Menghindar sajalah darinya. Suatu saat kau akan kehilangan kesabaranmu, kehilangan akal warasmu dan kau akan terjebak untuk melakukan suatu perbuatan yang melanggar peraturan. Sepertinya itulah yang sedang direncanakan oleh Yesung.”
Tetapi Taeyeon sama sekali tak mau mendengar nasihat seperti itu. “aku tak takut pada Yesung.”
“bukan itu masalahnya.” Kata Sooyoung. “ia berbuat itu semua hanya untuk membuatmu marah. Kalau kau tak memperhatikannya, tak membalas apapun yang dilakukannya, maka ia akan bosan dengan sendirinya.”
“dia itu sok jago dan keji!” kata Taeyeon.
“kau tidak boleh mengatakan seperti itu, kecuali kalau kau punya bukti-bukti yang cukup.” Kata Sooyoung. “dan bahkan kalau kau punya bukti yang cukup, kau harus melaporkannya di Rapat Besar. Disitulah tempat untuk menegur siapapun yang kau anggap bersalah. Tentu kau tahu itu.”
Dengan muka cemberut, Taeyeon meninggalkan Sooyoung. Kenapa Sooyoung tidak mempercayainya? Sooyoung memang tidak sekelas dengannya, jadi tidak tahu betapa menyebalkannya Yesung.
~~
Sore hari berikutnya, Taeyeon pergi mengunjungi kelincinya. Dalam perjalanan ia mendengar seseorang menjerit dengan suara memohon, “jangan ayunkan aku terlalu tinggi! Jangan!” Taeyeon mengintip ke arah tempat ayunan. Dilihatnya seorang anak lelaki, junior tingkatnya bermain ayunan. Dan Yesung mendorong ayunan tersebut hingga terayun tinggi-tinggi. “aku takut sekali!” teriak anak bernama Oh Sehun itu.
“aku ingin muntah! Aku bisa jatuh nanti! Hentikan, hyung! Jangan ayun lagi!”
Tapi Yesung tidak memperdulikan jeritan anak itu. bibir tipisnya menyeringai, dan ia mengayunkan ayunan lebih tinggi lagi, lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi.
Taeyeon marah sekali hingga terpaksa ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk bisa melihat dengan jelas.
“hentikan!” ia berteriak, dan berlari mendekat. “hentikan! Sehun bisa sakit!”
“jangan ikut campur!” bentak Yesung. “ia sendiri yang minta di ayun. Pergi kau, sok usil! Selalu ikut campur urusan orang lain!”
“tidak!” seru Taeyeon. Ia berusaha menangkap ayunan waktu berayun kebawah. Tetapi Yesung lebih cepat. Ia mendorong Taeyeon sehingga terbanting ke dalam semak-semak, kemudian diayunkannya Sehun lebih tinggi lagi.
“akan kukatakan pada yang lain!” teriak Taeyeon.
“tukang ngadu! Tu-kang nga-du!” teriak Yesung, kembali mendorong ayunan tinggi-tinggi. Habis kesabaran Taeyeon. Diserbunya anak yang menjengkelkan itu. dicengkramnya rambut Yesung, dihentakkannya sehingga sejumlah rambutnya ikut tercabut! Kemudian ditamparnya Yesung dan tinjunya perutnya keras-keras! Yesung mengerang lalu roboh, terbungkuk-bungkuk.
Taeyeon menghentikan ayunan dan membantu Sehun yang gemetar ketakutan turun. “kalau ingin muntah, muntahlah.” Kata Taeyeon. “jangan minta diayun lagi oleh Yesung.”
Sehun pergi dengan terhuyung-huyung, wajahnya pucat sekali. Taeyeon berpaling pada Yesung. Tetapi saat itu muncul beberapa orang murid lainnya, 3 orang, dan baik Yesung maupun Taeyeon tahu bahwa tidak baik berkelahi disaksikan anak lain.
“akan kulaporkan kau dalam rapat yang akan datang!” geram Taeyeon masih sangat marah. “tunggu saja nanti! Kau pasti dihukum, anak kejam!”
Taeyeon pun pergi. Yesung melihat pada anak-anak yang mendekatinya itu dan berpura-pura heran. “galak sekali anak itu!” katanya. “lihatlah! Rambutku dicabutinya!”
Diambilnya beberapa lembar rambutnya yang dibuang Taeyeon, ditunjukannya pada anak-anak itu. mereka jadi keheranan. “pasti kau berbuat sesuatu yang sangat menggusarkan hatinya sampai-sampai Taeyeon semarah itu,” kata Key.
“aku hanya membantu seorang anak berayun, mendorong ayunannya,” kata Yesung, “dan seperti biasa Taeyeon ikut campur. Kenapa sih dia selalu menggangguku? Tidak heran kalau dalam semester lalu dia dijuluki si Trouble Maker.”
“kami menempelkan selembar kertas dipunggungnya, dan memberikan julukan si Trouble Maker.” Seseorang berkata, tertawa, teringat betapa marahnya Taeyeon waktu itu. “kau memukulnya, Yesung? Kalau kau memukulnya, maka kau salah, keji. Anak perempuan memang kadang-kadang kelewatan. Tetapi kita sebagai anak laki-laki tak boleh memukul mereka.”
“tidak, menyentuh sedikit pun tidak,” kata Yesung, walaupun sebenarnya ia tadi akan menyerang Taeyeon kalau anak-anak itu tidak muncul. Ia akan menampar Taeyeon sebagai balasan. “aku tidak melakukan apa-apa,” kata Yesung. “tiba-tiba saja dia meledak marah dan menyerangku! Dasar badung!”
Taeyeon waktu itu berlari menemui Sunny dan menceritakan kejadian tadi. “Yesung memang anak kurang ajar,” kata Sunny. “dan ia memang harus dihentikan. Tapi..oh, Taeyeon, sayang sekali kau menyerangnya duluan. Sayang sekali kau kehilangan kesabaranmu! Kau betul-betul terlalu pemarah!”
“siapapun akan marah melihat bagaimana dia mengayunkan Sehun!” kata Taeyeon dengan emosi yang kembali meluap, “Sehun sampai pucat, ingin muntah.”
“menurut pikiranmu, kalau kau melapor pada Rapat Besar nanti, kau yakin laporanmu akan diterima, tidak dianggap hanya mengadu dan mengarang saja?” tanya Sunny ragu-ragu. “kalau aku jadi kau, aku akan bertanya dulu pada Sooyoung.”
“untuk apa?” kata Taeyeon, teringat Sooyoung tak mau mempercayainya. “aku bisa menentukan sendiri. aku melihat semuanya itu dengan mata kepalaku sendiri! baiklah. Akan ku laporkan perbuatan Yesung pada Rapat Besar besok. Kita lihat saja nanti apa yang akan dikatakan Dewan Juri. Yesung pantas mendapat hukuman yang berat, seberat-beratnya!”
Seharian itu Taeyeon marah-marah terus dan tidak sabar menunggu hari esok untuk mengadukan Yesung di Rapat Besar. Sementara Yesung tampaknya tidak peduli sama sekali akan kemungkinan Taeyeon melaporkannya. Setiap kali Taeyeon memandangnya, Yesung mengolok-oloknya dari jauh. Tak heran makin lama Taeyeon makin marah saja. “tunggu saja nanti dalam rapat besar! Tahu rasa kau nanti!” geram Taeyeon. Tetapi ternyata nanti Taeyeon-lah yang “tahu rasa”

[FF] Trouble Maker – Chapter 2

Cast : SM Family

Genre : School Life

Length : 26 Chapters

Annyeong! 😀
Akhirnya bisa comeback lagi dengan fanfiction baru. Mianhae untuk FF sebelumnya yang belum selesai, mungkin belum bisa dilanjutin. 😦

tapi sebagai gantinya author Ashiya Says geret(?) FF baru dengan cast dari rombongan SM Family (Kangta, BoA, TVXQ, Super Junior, SNSD, SHINee, F(x), EXO)

FF kali ini terinspirasi (mungkin bisa dibilang seperti itu) dari novel terjemahan karya Enid Blyton yang berjudul The Naughties Girl Again. Author ga bermaksud memplagiat karena ceritanya sendiri TIDAK diambil 100% dari novel tersebut dan juga menyertakan judul dan pengarang novel aslinya.
okay, kita mulai saja cerita khayalannya. kkkkk~

–Trouble Maker– chapter 2 The Life in School Begins

Akhirnya semua siap untuk memulai kehidupan di sekolah itu. kecuali beberapa murid baru, murid-murid lama kebanyakan berada dikelas yang sama seperti semester lalu. Beberapa orang memang pindah ke kelas yang lebih tinggi, dan untuk beberapa hari mereka merasa dirinya istimewa. Ketiga anak baru yang ditemui Taeyeon waktu mereka pertama kali datang ke sekolah itu ternyata memang sekelas dengannya.
Mrs. Song mencatat nama mereka. “Choi Sulli, Liu Amber, Kim Yesung.”
Sulli tampaknya bersifat periang, dengan rambut panjang lurus di kepang dua berwarna coklat. Matanya yang coklat selalu berseri dan membentuk eyes smile ketika tersenyum. Anak-anak lain segera merasa bahwa Sulli akan menjadi teman yang menyenangkan.
Liu Amber, yeoja berpenampilan seperti namja. Tomboy. Rambutnya di pangkas pendek seperti laki-laki dan tak pernah bisa rapi, wajahnya menggambarkan perasaan yang tidak menyenangkan, seperti cemberut terus menerus. Beberapa hari pertama tak ada yang menyukai Amber.
Kim Yesung, wajahnya memang tampan tapi juga muram. Tetapi bila tersenyum wajah itu sangat berbeda, lebih menyenangkan.

“aku tak menyukai bibir Yesung. Kalau kau bagaimana?” tanya Sunny suatu hari pada Taeyeon. “bibirnya terlalu tipis dan selalu cemberut. Tampaknya ia juga agak kejam.”
“ah, sudahlah toh kita tidak bisa mengubah bentuk bibir kita.” Kata Taeyeon.
“kukira dalam hal ini kau salah,” kata Sunny. “aku yakin wajah kita cermin pribadi kita, bisa diubah!”
Taeyeon tertawa. “kalau begitu alangkah baiknya kalau Amber segera berusaha mengubah wajahnya!”
“ssst,” bisik Sunny. “dia dengar lho!”
Minggu pertama terasa berlangsung lama sekali. Buku-buku baru dibagikan, begitu juga pensil dan pena baru. Tempat duduk dikelas ditentukan, dan ternyata Sunny duduk berdampingan dengan Taeyeon. Mereka duduk dekat jendela, bisa melihat keindahan bunga di kebun.
Siapa pun yang mau boleh bekerja di kebun. Shim Changmin membagikan petak-petak tanah pada mereka yang ingin ikut bercocok tanam dengan syarat mereka harus ikut memeliharanya dengan baik. Petak-petak kecil ini berbatasan dengan dinding pagar, merupakan petak-petak kecil indah dengan bunga beraneka warna. Ada juga yang menanam sayuran dan tanaman hias. Bahkan seorang anak yang sangat mencintai mawar menanamkan enam batang bunga mawar dipetak bagiannya tanpa tumbuhan lainnya!
Taeyeon tidak mau kalau hanya kebagian satu petak. Ia lebih suka membantu Changmin di padang yang lebih luas. Taeyeon sudah ingin membuat rencana baru bersama Changmin tentang kebun sekolah mereka. Ia banyak memiliki rencana tentang berkebun, dan semasa liburan ia tekun mempelajari buku berkebunnya.
Mereka juga diperkenankan memelihara binatang kesayangan mereka. Kecuali anjing atau kucing, sebab keduanya sulit diurus dan tak bisa ditaruh didalam kandang. Ada yang memelihara kelinci, marmut, burung merpati lengkap dengan rumah-rumahannya di puncak sebatang tiang tinggi, ada yang membawa burung kenari atau ikan emas. Sungguh menyenangkan memiliki binatang peliharaan. Tidak semua anak mempunyai binatang peliharaan, sebab hanya mereka yang sayang binatang sajalah yang diberi hak untuk mengurus binatang peliharaan mereka.
Binatang-binatang peliharaan itu dikumpulkan dalam sebuah pondok besar dan luas, tak jauh dari kandang kuda yang biasa dinaiki oleh anak-anak itu. sekolah juga beternak ayam dan itik. Ini bukan termasuk binatang peliharaan ank-anak, tetapi siapa saja yang senang boleh ikut membantu mengurus dan memberi makan unggas-unggas itu. dipadang rumput sekolah juga di gembalakan tiga ekor sapi Korea yang sehat-sehat, sumber susu tak kering-kering. Dua anak perempuan dan seorang anak laki-laki bertugas untuk memerah sapi-sapi tersebut. Untuk tugas tersebut mereka terpaksa harus bangun lebih pagi setiap hari. Tetapi mereka tidak keberatan. Bagi mereka tugas tersebut adalah semacam kegemaran. Sesuatu yang menyenangkan.
Sulli memiliki beberapa ekor tikus putih kecil dan lucu. Sulli sangat senang pada tikus-tikus tersebut. Tikus-tikus itu diletakkan didalam sebuah kandang besar yang dibersihkan dengan teliti setiap harinya olehnya sendiri. Tikus-tikus ini merupakan suatu keunikan, belum pernah sebelumnya ada yang memelihara tikus. Suatu hari Taeyeon dan Sunny berkunjung kekandang tikus-tikus tersebut.
“kyeopta, ne?” kata Sulli, dan membiarkan seekor tikus lari di lengannya, didalam lengan bajunya. “lihat matanya! Merah dan lucu! Cobalah, Taeyeon, biarkan yang dia lari didalam lengan bajumu. Geli sekali rasanya, tetapi menyenangkan!”
“oh, gomapta.” Kata Taeyeon cepat-cepat. “bagimu mungkin menyenangkan, tetapi pasti tidak bagiku.”
“annyeong! Itukah tikus-tikus putihmu, Sulli?” tanya Sungmin yang tiba-tiba muncul. “manis-manis sekali! Hei, lihat! Ada seekor didalam bajumu, mengintip dari balik leher baju! Kau sudah tahu?”
“oh, tentu saja,” kata Sulli. “ambillah, Sungmin. Ia pasti lari didalam lengan bajumu dan muncul di leher.”
Memang benar kata Sulli. Tikus tadi berlari menyusuri lengan baju Sungmin dan tak lama ujung hidungnya yang kecil-mungil muncul dibalik leher baju. Sunny menggigil geli dan takut juga.
“ih! Rasanya tak mungkin aku tahan dijadikan tempat lari tikus-tikus itu.” kata Sunny berbalik melihat Jessica yang asyik dengan burung merpati peliharaannya.

Lonceng berbunyi. Tikus-tikus tersebut segera dimasukan kembali kedalam kandang. Sunny cepat-cepat menengok kedua ekor kelincinya. Gemuk-gemuk dan tampaknya tak kekurangan suatu apapun. Kelinci-kelinci tersebut dirawatnya bersama Taeyeon.
Waktu minum teh dan makan malam terasa lebih menyenangkan di minggu pertama itu. anak-anak diperkenankan untuk mengeluarkan apa saja yang mereka sukai dari kotak penganan yang mereka bawa dari rumah. Kue, kimchi, permen, coklat, sushi, daging kaleng, selai, dan lain-lain. Semua saling membagikan bawaan mereka masing-masing walaupun Yesung, si anak baru, tampaknya tidak terlalu gembira dengan kebiasaan itu. Taeyeon juga melihat Amber tidak menawarkan kuenya, walaupun tanpa keberatan ia menawarkan kimchi yang dibawanya.
Taeyeon teringat betapa pelitnya ia sendiri dulu, tak mau membagikan makanannya. Mengingat hal itu, maka ia diam saja melihat perbuatan Yesung dan Amber. “aku tidak bisa menyalahkan orang lain untuk perbuatan yang dulu juga pernah kulakukan,” katanya dalam hati. “aku harus bersyukur bahwa sekarang kelakuanku sudah berubah.”
Rapat Besar pertama merupakan suatu acara terbesar minggu pertama itu. semua murid diharuskan hadir. Guru-guru yang ingin ikut hadir boleh datang. Biasanya pimpinan sekolah, Mr. Lee Sooman, diperlukan untuk hadir. Begitu juga guru-guru yang lainnya. Tetapi biasanya guru-guru ini duduk dibagian belakang ruangan dan tidak ikut campur dalam rapat yang sedang berlangsung, kecuali diminta.
Rapat Besar tadi memang semacam Parlemen sekolah. Disitulah anak-anak membuat peraturan mereka sendiri, mendengarkan laporan tentang pelanggaran peraturan, keluhan atau kritik. Bila ada yang berbuat salah, mereka sendirilah yang mengadili serta menentukan hukuman apa yang harus dijatuhkan.
Memang tak menyenangkan bila kesalahan kita dibicarakan secara terbuka oleh seluruh murid. Tetapi disisi lain, kita juga harus berterima kasih, jarang sekali kita tahu bahwa diri kita bersalah dan bila hal ini tidak segera diakhiri maka kesalahan tersebut makin hari akan makin besar, makin sulit untuk dibenarkan lagi.
Banyak murid yang dengan cara tadi bisa “sembuh” dari kebiasaan buruk mereka, seperti mencontek, berbohong, nakal atau perbuatan tak baik lainnya, dengan petunjuk dan teguran yang dijatuhkan oleh kawan-kawan mereka sendiri di Rapat Besar.
Rapat Besar pertama diadakan sekitar satu minggu setelah sekolah mulai. Murid-murid berduyun-duyun memasuki ruang auditorium. Sebuah meja besar disediakan untuk 12 Pengawas, yang akan bertindak sebagai Dewan Juri. Mereka ini hasil pemilihan semester musim panas dan akan terus menjabat sebagai Pengawas selama sebulan lagi. Setelah waktu sebulan tersebut, diadakan pemilihan lagi. Mungkin ada yang terpilih kembali, atau mungkin juga tempat mereka digantikan anak lain.
Semua harus berdiri saat Siwon dan Boa, 2 orang Ketua Murid yang pada Rapat Besar menjadi Hakim, memasuki ruangan.
Keduanya duduk di tempat yang disediakan dan hadirin pun duduk kembali.
Siwon mengetuk meja dengan palu kecil, semua terdiam.

“tak banyak yang harus kita bicarakan hari ini.” kata Siwon. “aku yakin semua anak baru sudah diberi tahu mengapa kita mengadakan Rapat Besar ini setiap minggu, dan apa yang kita lakukan pada setiap Rapat Besar ini. kalian semua melihat, di meja ini duduk 12 pengawas kita. Kalian semua tahu mengapa mereka terpilih sebagai pengawas. Mereka kita pilih karena kita percaya akan kemampuan mereka untuk berpikir tajam dan adil, setia pada sekolah dan baik hati. Dan karena kita sendiri yang memilih mereka, maka kita harus mematuhi mereka dan mengikuti peraturan yang mereka buat.”
Kemudia Boa berkata, “kuharap kalian semua telah membawa semua uang yang kalian miliki. Mungkin anak baru sudah diberitahu, semua uang yang kita miliki harus dimasukkan kedalam kotak uang bersama. Dari kotak tersebut tiap minggu setiap anak akan diberi uang saku sebesar 2000 won. Dengan uang tersebut kalian bisa membeli apa saja yang kalian inginkan seperti perangko, makanan, make up, tali sepatu, dan sebagainya. Kalau ada yang memerlukan uang lebih dari 2000 won maka ia harus menerangkan apa sebab keperluan berlebih itu. dan Rapat Besar akan memutuskan apakah keperluan tersebut patut disetujui. Bila disetujui maka uang tambahan akan diberikan. Nah, sekarang harap siapkan uang kalian, Sooyoung akan mengedarkan kotak uang.”

Sooyoung bangkit. Diambilnya kotak, diberikannya pada anak diujung tiap baris. Anak tersebut akan memasukkan uangnya kedalam kotak dan kemudian memberikannya pada anak disampingnya dan begitu seterusnya. Semua memasukkan uang mereka, kecuali Kim Yesung. Ia tampak keberatan.
“begini,” kata Yesung. “aku punya uang 20.000 won dari kakekku. Tetapi kurasa tak ada perlunya memasukkannya ke dalam kotak. Bisa-bisa aku tak dapat melihatnya lagi nanti.”
“Yesung, di antara kita ada yang punya uang terlalu banyak, ada pula yang terlalu sedikit,” Siwon menerangkan. “kadang-kadang bila kita berulang tahun memperoleh hadiah uang banyak sekali, tetapi kadang-kadang kita juga tak punya uang sama sekali. Dengan memasukkan uang kita ke dalam kotak uang bersama, maka kita bisa yakin bahwa setiap minggu kita pasti mempunyai uang saku 2000 won. Semua mendapat uang saku yang tepat sama, jadi adil. Dan kalaupun kita memerlukan uang lebih dari itu, kita selalu bisa minta pada Dewan Juri untuk memberi ijin memperoleh kelebihan uang itu. nah, sekarang masukkan uangmu.”
Yesung memasukkan uangnya, tetapi tampak sekali ia memasukkannya dengan terpaksa. Mukanya semakin muram saja, lebih muram dari biasanya.
“jangan cemberut terus.” bisik Taeyeon. Tetapi Yesung malah memandangnya dengan marah sehingga Taeyeon tak mau berbicara lagi. Sooyoung mengambil kembali kotak uang tadi dan membawanya ke meja didepan. Kini kotak itu tampak sangat berat.
2000 won dibagikan pada semua anak, langsung mereka simpan di saku atau dompet. Siwon dan Boa juga mendapat bagian 2000 won seperti anak lainnya.
“ada yang memerlukan uang tambahan minggu ini?” tanya Siwon, melihat sekeliling.
Kim Kibum atau yang lebih akrab disapa Key berdiri, “bolehkah aku mendapat tambahan 500 won?” tanyanya. “aku meminjam buku dari perpustakaan sekolah, dan buku tersebut sepertinya terselip entah dimana. Aku didenda 500 won.”

“ambil 500 won dari uang sakumu yang 2000 won itu,” kata Siwon dan para anggota Dewan Juri mengangguk setuju. “Kurasa tak pada tempatnya bila sekolah harus ikut membayar sesuatu yang terjadi karena kelalaianmu, Key. Sudah terlalu banyak buku yang hilang. Bayar sendiri denda 500 won itu, dan uang itu akan kau peroleh kembali bila buku tersebut sudah kau temukan. Permintaan uang tambahan di tolak.”
Seorang anak perempuan berdiri.

“ibuku pergi ke luar negeri. Aku harus menulis surat padanya seminggu sekali. Tetapi surat ke luar negeri prangkonya 1000 won. Bolehkah aku memperoleh sedikit uang tambahan untuk meringankan bebanku itu?”
Para anggota Dewan Juri berunding. Mereka setuju bahwa kasihan jika Krystal harus menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk keperluan membeli prangko.
“baiklah. Setiap minggu kau akan memperoleh uang tambahan 500 won.” Kata Boa. “itu berarti kau hanya mengeluarkan uang 500 won dari uang sakumu, sedang sisanya dibayar sekolah. Kurasa itu cukup adil.”
“oh, ne!” kata Krystal bersyukur. “gomawo!” 500 won diberikan pada Krystal dan dimasukannya ke dalam dompet.
“kukira itu saja acara kita minggu ini,” kata Boa melihat buku catatannya. “kalian mengerti bukan, bahwa segala tingkah laku kasar dan buruk, seperti keji, keras kepala, berlaku curang di ujian atau ulangan, mengancam anak yang lemah dan sebagainya, harus dibawa ke Rapat Besar ini untuk diselesaikan bersama. Ku harap anak-anak baru bisa mengerti bahwa laporan di Rapat Besar bukan hanya sekedar mengadu. Kalau bingung harap bertanya pada pengawas masing-masing.”
“sekarang…ada keluhan atau pengaduan?” tanya Siwon, mengangkat wajahnya. Tak ada. Maka Rapat Besar itu pun bubar. Anak-anak berhamburan keluar. Taeyeon agak melamun waktu keluar itu. ia mengenang saat-saat pahit yang dialaminya dihampir setiap Rapat Besar semester lalu. Begitu keras kepala dan kasar kelakuannya waktu itu. ia hampir tak bisa mempercayai itu sekarang.
Ia pergi dengan Sunny untuk memberi makan kelinci mereka. Seekor diantaranya begitu jinak, berbaring diam di gendongan Taeyeon.
“tampaknya semester ini akan berlalu tenang-tenang saja,” kata Sunny. “kuharap seterusnya suasana seperti ini.”
Tetapi ternyata harapan Sunny itu tinggal harapan.

to be continue~
RCL, please! 😀